Mohon tunggu...
Ganes Alyosha
Ganes Alyosha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Performa Timnas = Performa PSSI

15 April 2015   22:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:03 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429110615920032473

Indikator keberhasilan sebuah federasi yang biasanya dimunculkan publik sepak bola suatu negara adalah prestasi timnasnya. Masyarakat Brazil tidak peduli liganya selalu rusuh, asalkan timnasnya mampu menjadi juara dunia. Sebaliknya publik sepak bola Inggris yang punya kompetisi profesional yang glamor dan kompetitif mengecam FA yang belum mampu membentuk kesebelasan nasional yang minimal dapat memenangi kejuaraan Eropa.

Baik-buruknya sepak terjang timnas sebuah negara dalam suatu event tidaklah hadir begitu saja. Performa sebuah federasi akan selalu mempengaruhi performa timnasnya. Bila timnasnya bermain buruk, itu adalah representasi dari kinerja buruk federasi dalam mengelola sepak bola di negaranya. Bila anda kecewa timnas negara anda bermain buruk, silahkan anda bertanya pada federasi sepak bola negara anda, sudahkah mereka bekerja dengan baik?

Dalam konteks Indonesia, sepanjang 2014 timnas kita babak belur. Mengapa bisa babak belur? Boleh dong kalau kita merefleksi sepak terjang PSSI selama setahun terakhir ini. Mari kita lihat kinerja mereka dari timnas ke timnas.

Timnas U-19

Dimulai dari timnas U-19. Pasca lolos babak kualifikasi Piala Asia pada Oktober 2013, tim pelatih tancap gas merancang program pelatnas jangka panjang demi target lolos ke Piala Dunia. Saat itu Coach Indra Sjafri mengatakan bahwa program pelatnas murni disusun tim pelatih. Tidak ada intervensi BTN dan mereka akan mendukung 100%.

Namun di tengah Pelatnas, BTN merubah program yang telah disusun tim pelatih di awal. “Memang kita yang merancangnya, tapi prosesnya diubah manajemen. Awalnya kita hanya bermain di lima titik saja, bukan berpindah-pindah seperti sirkus. Waktunya pun tidak sepanjang itu” kata Coach Indra kepada Republika Online. Coach Indra mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan PSSI untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah yang lebih banyak guna membiayai timnas lainnya. Miris. Padahal Menpora saat itu sempat menawarkan bantuan dana namun ditolak PSSI karena tidak ingin mengambil resiko diintervensi di kemudian hari. Akibatnya program coach Indra berantakan.

Tak hanya itu, program uji coba pra kompetisi Garuda Jaya di luar negeri juga diubah seenaknya oleh BTN. Garuda Jaya batal mengikuti turnamen bergengsi Cotif di Spanyol. Garuda Jaya sendiri malah diikutkan di turnamen HBT Brunei yang kualitasnya jauh di bawah Cotif. Pemain kecewa dan bermain tanpa motivasi di Brunei. Mereka bahkan dibantai tuan rumah dan membuat mental mereka semakin terpuruk.

Sadar pemain mengalami degradasi mental, menjelang Piala Asia BTN akhirnya mengirim mereka ke Spanyol. Namun hal tersebut malah memperburuk keadaan. Garuda Jaya malah dipertandingkan dengan tim-tim yang levelnya jauh berada di atas mereka! Sesuatu yang dihindari tim mana pun ketika turnamen tinggal hitungan hari. Mereka dihajar Barcelona B dan Real Madrid Castilla yang membuat mental mereka semakin berada di titik terendah. Hasilnya, seperti kita telah ketahui, timnas U-19 gagal total di Piala Asia.

Timnas Senior

Ketua PSSI, Djohar Arifin pernah mengatakan bahwa muara kompetisi adalah timnas. Kata-kata beliau tidak salah, tapi sepak bola kita butuh kerja nyata dari para pengurusnya ketimbang hanya kata-kata manis. Buah dari kompetisi yang dikelola PSSI melalui PT. LI adalah timnas senior yang dihajar Filipina 0-4 di Piala AFF! Satu paket didalamnya yaitu gol konyol Filipina karena Kurnia Meiga sibuk memprotes wasit serta 2 kartu merah yang tidak perlu. Itu semua adalah produk kompetisi yang digarap PSSI.

Belum lagi soal pemain-pemain Garuda yang tampil loyo. Itu juga buah kompetisi kita yang amburadul. Jadwal padat namun tetap molor membuat fisik pemain terkuras. Saya yakin PSSI diisi oleh orang-orang yang pintar. Mereka pasti sudah memperkirakan hal tersebut terjadi. Namun apa yang mereka kerjakan? Tidakkah BTN berdiskusi dengan PT. LI meminta jadwal liga dibuat teratur, yang dapat memberi kesempatan timnas senior melakukan pelatnas lebih lama? Atau mungkin sudah, namun karena kompetisi dinilai lebih banyak menghasilkan pundi-pundi, timnas dikorbankan menjadi bukan prioritas.

Timnas U-23

Sebelas dua belas dengan timnas senior, Garuda Muda juga tak punya banyak kesempatan berlatih karena jadwal liga yang tidak memihak timnas. Namun timnas ini masih lebih beruntung. Mereka berada di Grup ringan bersama di Asian Games bersama Thailand, Timor Leste, dan Maladewa. Mereka memang mampu mencapai target lolos grup. Namun, hasil minor melawan Thailand dan Korut jelas tak bisa dimaafkan.

Performa PSSI Buruk!

Berkaca dari performa 3 timnas kita yang berlaga sepanjang 2014, kita dapat melihat pula performa PSSI selama ini. BTN kerjanya hanya mengacak-acak program pelatih. Alasan pendanaan tidak bisa diterima begitu saja. Bukankah pemerintah telah menawarkan bantuan? Atau dimana peran bagian keuangan di PSSI?

PT. LI juga tidak becus. Mereka hanya memikirkan bagaimana kompetisi bisa selesai dan bertanggung jawab pada sponsor tanpa memikirkan kualitas kompetisi itu sendiri. Jadwal liga amburadul. Ah jangan-jangan sengaja dibuat seperti itu demi kepentingan siaran televisi.

Para pengurus juga tidak bekerja dengan fokus. Bagaimana bisa jabatan Waketum PSSI dan ketua BTN dipegang oleh orang sama. Itu belum ditambah yang bersangkutan izin sejenak dari PSSI untuk kampanye pada masa Pemilu yang 2014 yang lalu!

PSSI tidak bekerja dengan baik, bahkan kita belum membahas soal pembinaan yang tak kalah krusialnya. Evan Dimas, Paulo Sitanggang dan lain-lain bukanlah produk pembinaan PSSI, melainkan hasil blusukan coach Indra Sjafri. Terlalu banyak yang bisa kita bahas bila menyinggung soal kinerja PSSI.

Kegagalan timnas U-19 atau senior bukan sepenuhnya salah Indra Sjafri atau mungkin Riedl. Saya menyebut mereka dan para pemain timnas sebagai korban dari performabapak-bapak pengurus PSSI yang buruk. Tapi tampaknya bapak-bapak pengurus PSSI tak juga sadar akan catatan buruk selama ini. Bukannya mundur, mereka malah kompak untuk datang di KLB 18 April 2015 sebagai calon pengurus PSSI periode selanjutnya.

Kami sudah lelah dan muak Pak! Ijinkan kami mendukung penuh Menpora membekukan organisasi anda.

[caption id="attachment_378510" align="aligncenter" width="300" caption="Timnas U-19, gagal total di Piala Asia U-19 2014 di Myanmar"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun