Mohon tunggu...
Gandi Bahtiar Upangga
Gandi Bahtiar Upangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Hobi : Bermain Futsal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pernikahan Dini dan Problematika Hukumnya

24 Oktober 2023   23:03 Diperbarui: 24 Oktober 2023   23:38 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Pernikahan dini adalah praktek menyelenggarakan perkawinan di luar hukum atau menikah sebelum usia yang ditentukan oleh perundang-undang. Pernikahan dini dapat dengan mudah berujung pada perceraian. Jika kita melihat realita mengenai pernikahan setelah hamil: 

Jumlahnya terus meningkat, banyak diantaranya menimpa anak-anak sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA). Pelakunya biasanya adalah teman dan pacarnya. Pasangan dalam pernikahan ini terancam oleh masalah sosial ekonomi. Masa depan keluarga (anak dan istri) tidak jelas karena putus sekolah. Rentan terhadap masalah perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bagi keluarga pelaku (suami), pengecualian perkawinan hanyalah upaya untuk menghindari hukum. Bagi keluarga korban (perempuan), perkawinan anak merupakan upaya untuk menutupi aib keluarga.

            Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa (Pasal 1 UU No 1 Tahun 1974). Batasan minimal usia perempuan menikah 16 tahun sudah tidak masuk/tidak relevan. Pernikahan terlalu muda berisiko tinggi bagi perempuan. Batasan usia pernikahan bagi perempuan di dalam hukum negara kita yang masih simpang siur tidak tau jelas arahnya. Secara medis pernikahan anak di bawah umur memang sangat berisiko. Beberapa kasus kesehatan yang terjadi pada pernikahan terlalu muda adalah, kejadian masalah perdarahan saat persalinan, sakit anemia, dan komplikasi saat ia melahirkan. Selain itu, wanita yang hamil di usia muda lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, gizi buruk, dan anemia.

           Maka dari itu untuk mencegah terjadinya pernikahan pada usia dini keluarga yang memiliki peran utama yaitu orang tua memiliki peran sangat penting dalam mencegah pernikahan dini/bila perlu sejak balita, anak dekatkan pada ajaran -- ajaran agama, sehingga mencegah pergaulan bebas saat anak tersebut pada usia remaja. Orang tua juga jangan terlalu sibuk dalam mencari nafkah saja, sehingga melupakan pemberian perhatian dan kasih sayang pada anaknya. Orang tua juga perlu memperkenalkan Undang-undang pernikahan, Membimbing kepada remaja dan menjelaskan tentang edukasi seks, Orang tua mencari informasi kepada petugas yang berwenang, Bekerja sama dengan tokoh dan masyarakat. Agar tidak terjadi pernikahan pada usia dini tersebut. Dan ikut aturan pemerintah mengenai batasan usia yang diperbolehkan menikah, pemerintah juga mengarahkan agar jangan terlalu terburu-buru menikahkan anaknya yang masih di bawa umur atau muda karena berbahaya pada dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun