Didunia olahraga, terutama dalam sepak bola sudah jamak seorang pelatih (manager) sebuah kesebelasan mengundurkan diri atau bahkan dipecat oleh pemilik klub. Seorang manager klub yang profesional akan segera malu dan segera mengundurkan diri jika dirasa klub yang dilatihnya sering kali kalah, keok jadi pecundang, walaupun sesekali menang. Itu sudah jamak dan banyak terjadi contoh di dunia persepakbolaan dunia.
Tetapi hal baik dan profesional tersebut tidaklah terjadi di dunia politik, khususnya di Indonesia dan super khusus lagi di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa 10 tahun kebelakang ini PDIP dibawah pimpinan Megawati banyak mengalami kemunduran dan kekalahan politik. Saking terpuruknya bahkan partai yang pernah terkenal dengan sebutan partainya wong cilik itu sampai mendapat stempel partainya wong licik.
Tentu masih ingat 2 kali kekalahan beruntun Megawati dalam perebutan tahta kepresidenan dengan SBY? Megawati yang sangat ambisius melanjutkan tahta kepresidenan harus rela lengser keprabon oleh mantan anak buahnya sendiri Bapak SBY. Kekalahan itu semakin menyakitkan ketika 5 tahun berikutnya harus kembali menelan kekalahan dengan orang yang sama. Saking jengkel, mangkel, gondok dan sebagainya selama 10 tahun itu Megawati tidak mau bertemu dengan SBY. Sampai segitunya!
Kekalahan demi kekalahan itu berlanjut hingga sekarang. Walaupun sempat memenangkan pilpres tahun ini dengan salah satu petugas partainya yang sedikit banyak membuka harapan PDIP untuk kembali berjaya. Tetapi harapan itu hanyalah harapan. Karena strategi politik yang diterapkan Megawati hanyalah strategi yang itu-itu saja, sehingga untuk kesekian kalinya harus menelan kekalahan dari lawan-lawannya. Kembali PDIP terpuruk.
Tapi sayang sudah berkali-kali kalah dan terpuruk ini tidak membuka mata hati para anggota Partai tersebut. Megawati yang telah gagal ini masih saja dipertahankan sebagai ketua umum. PDIP harus berani menyegargan diri dengan mengganti ketua umumnya dengan yang lebih fresh. Banyak kader yang mumpuni di tubuh PDIP untuk menggantikan Ibu Megawati sebagai ketua umum.
Semoga saja ada kader PDIP berani untuk maju sebagai calon ketua umum PDIP selanjutnya. Dan ibu Megawati legowo untuk memberikan kursi empuknya kepada kader-kader terbaiknya. Contoh terbaik adalah ketika beliau legowo kursi capres di mandatkan kepada salah satu petugas partainya, PDIP langsung memenangkan itu, coba kalau yang maju Megawati? Maka siapa tahu begitu PDIP dipimpin oleh yang lain, PDIP akan lebih baik dan lebih baik dari sebelumnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI