Para penghuni kontrakkan tampak sibuk wara wiri memindahkan perabotan mereka ke tempat yang lebih tinggi, akibat banjir yang mulai menggenangi. Bahkan ada juga yang mulai mengungsi. Kemana lagi kalau bukan ke rumahnya Pak Erte. Padahal Pak Erte baru saja bangun dan belum sempat ngopi. Empok Saidah pun, baru saja selesai mandi.
Mbak Jum dan ketiga anaknya, adalah penghuni kontrakkan yang pertama datang. Kasur yang saban malem diompoli si bontot digelar begitu saja di teras rumah Pak Erte tanpa basa-basi. Disusul kemudian keponakannya mbak Jum, Susanto, yang lebih suka dipanggil Susanti.
Padahal banjir masih sebatas mata kaki. Tapi berhubung hari mau hujan lagi, serta mengantisipasi debit air kali yang makin meninggi, mau tak mau mbak Jum dengan ikhlas hati mengungsi. Meskipun empok Saidah dan Pak Erte menerimanya dengan berat hati.
Bukan karena Pak Erte tak perduli, tapi karena kasur yang digelar mbak Jum itu, lho! Begitu semerbak tapi tak mewangi. Sehingga teras rumah Pak Erte lebih mirip tempat Spa dan Sauna. Selain bisa berendem di banjiran. Ada juga fasilitas kasur mbak Jum yang bau pesingnya sudah kayak aroma therapy. Hihihi...
Tapi mau bagaimana lagi. Sebagai pejabat di Kampung Pinggir Kali, sudah kewajiban Pak Erte untuk menerima dan menampung warga yang sedang mengalami musibah. Apalagi meluapnya air pinggir kali tidak setiap hari.
Akhirnya Pak Erte pun mulai merapikan halaman depannya. Mengalasinya dengan terpal yang berukuran besar, serta tidak lupa meminta bantuan tenda pada pihak kelurahan. Karena di saat musim hujan seperti ini, biar kata tak diundang, hujan bakalan datang lagi tanpa permisi.
Coba kalau hujan itu seperti orang yang mau bertamu, kan Pak Erte bisa ngeles dan nitip pesen sama bininya.
"Bilangin aja, gue kagak ade di rumah...!"
Jadi kalau enggak sempat ketemu Pak Erte hari ini, hujan bisa nitip pesen sama bu Erte kapan mau datang lagi. Sehingga Pak Erte bisa siap-siap. Seperti kata pepatah... 'sedia gorengan dan kopi sebelum hujan'. #hadeeew.
Namun apa boleh Gogon...Eh, buat. Meskipun nasi masih berupa beras, dan belum sempat dimasak jadi bubur. Hujan sudah terlanjur turun. Apalagi air kali sudah menggenang di mana-mana. Di areal kontrakkan, di dekat kandang ayam, dan anehnya lagi, ayam jago Pak Erte mendadak pandai berenang, serta ngumpul bareng bebek.
Dasarnya bebek. Meskipun ada ayam yang ikut-ikutan berenang, mereka tak ada yang protes dan terus saja ngambang dengan cuwek bebeknya. Sementara ayam jagonya Pak Erte, enggak mau kalah dan terus ngintilin bebek, dengan cuwek ayamnya. Hihihi...