"Pernahkah terlintas dalam benakmu, sekali saja. Tuhan tidak pernah menciptakan Rindu? Hanya cinta dan jemu yang tumbuh di hatimu, tanpa sedikit pun hasrat untuk merindu!
Apa jadinya. Ketika seseorang yang engkau cintai, berada dalam rentangan jarak dan waktu? Tanganmu tak bisa memeluknya, karena jarak yang jauh. Sedangkan hasrat itu datang, dari waktu ke waktu dan mengendap lama di hatimu?
Apalah artinya keinginan yang teramat sangat dan berharap benar pada sesuatu. Jika Tuhan tidak pernah menciptakan Rindu? Renungkanlah olehmu. Tentang cinta dan jemu yang tumbuh di hatimu, tanpa sedikitpun hasrat merindu!
Engkau tidak akan pernah merasakan kehilangan, saat aku pergi. Karena di duniamu, Tuhan tidak pernah menciptakan Rindu! Begitupun sebaliknya. Aku tidak punya keinginan untuk pulang dan bertemu dirimu. Karena di hatiku, Tuhan tidak menghadirkan Rindu!
Duniaku, duniamu, serta dunia tempat umat manusia berada, telah kehilangan satu perbendaharaan kata. Karena Tuhan tidak pernah menciptakan sebuah rasa. Yaitu, Rindu!"
Aku terjaga. Pada sepertiga malam yang terakhir, serta terbebas  dari mimpi yang barusan membelengguku. Bermimpi tentang Tuhan yang tidak pernah memberikan sebuah rasa Rindu, di hati umat-Nya. Mimpi buruk bagiku.
Aku bergegas membasuh kedua tangan, berkumur, serta membasuh wajahku. Air yang dingin seketika menghilangkan rasa kantukku. Aku membasuh kedua kaki, untuk mengakhiri wudhu. Lalu kembali memasuki kamarku.
Di atas sebuah sejadah aku menengadahkan tangan. Lalu memanjatkan do'a, yang ku kutip dari lirik sebuah lagu;
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu, karena hati telah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yang bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya hati merantai hati, bayangmu seakan-akan
Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang ku hela, kau selalu ada