Wanita itu selalu berdiri tidak jauh dari dermaga. Pandangannya menatap lurus ke utara. Searah cahaya kejora, yang jatuh di atas setiap kapal, yang datang dan pergi dari dermaga. Sesekali tangannya menyibakkan geraian rambut, yang menutupi sebagian wajahnya. Tapi angin selalu saja nakal dan kembali mengusik setiap helainya.
Dia sedang menunggu seseorang, yang selalu membisikkan kata cinta di telinganya. Seorang pria tampan, yang selalu memberinya perhatian dan manisnya madu asmara. Masih terngiang jelas, sebuah puisi yang selalu dibacakan pria tersebut untuknya...
Engkau,
Ku umpamakan kejora
Sebuah bintang bercahaya
yang menghiasi langit utara.
Tak akan redup sinarnya
meski malam telah sirna
dan fajar pun tiba.
Wanita itu pun berlari dan membiarkan tubuhya berputar-putar dalam dekapan hangat pria yang sangat dicintainya. Begitu sangat dicintainya! Sehingga larut dalam cumbu rayu dan desahan nafas, saat kesuciannya terenggut jua.