Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FITO] Mak Ijah, Dalam Bingkai Ibukota

24 Agustus 2016   13:51 Diperbarui: 24 Agustus 2016   15:24 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mak Ijah tidak mengerti. Ketika beberapa Badut berpakaian rapi datang menjemputnya. Lalu membawanya pergi dengan sebuah mobil, dan berhenti tepat di sebuah rumah besar dan megah.

Langkah kaki perempuan tua itu sedikit terseok. karena harus memanggul karung besar yang berisi barang rongsokan, yang sudah sejak pagi dikumpulkannya. Apalagi tidak ada satupun dari badut-badut tersebut, yang berinisiatif membantunya. Membawakan karung besar yang membebani punggungnya.

Tiba-tiba seorangwanita berparas plastik penuh basa-basi, datang menyambutnya dan langsung mengajaknya masuk ke dalam rumah. Tanpa canggung-canggung wanita itu memapah bagian bawah, dari karung tersebut. Sehingga mak Ijah agak sedikit leluasa menapakkan kakinya, di lantai yang licin dan mengkilap.

Melihat yang dilakukan wanita berparas plastik tersebut. Barulah badut-badut yang tadi membawanya, juga beberapa badut  yang sudah berkumpul di dalam rumah, turut juga membantu mak Ijah membawakan karungnya. Saling berebut, malah!

Tidak lama berselang, mak Ijah sudah terlihat mengobrol dengan wanita berparas plastik, yang tadi menyambutnya. Kilatan lampu kamera memendar di dalam ruangan. Mengabadikan keakraban mak ijah dengan wanita berparas plastik tersebut. Setelah cukup lama, akhirnya mak ijah diantar kembali, ke tempat dia tadi dijemput. 

Keesokkan harinya, beberapa teman pemulung menanyakan jumlah uang yang diterima mak Ijah. Karena telah diajak berfoto oleh seorang wanita plastik, yang sudah ditetapkan sebagai Calon Gubernur.  

Mak ijah sekali lagi memandang fotonya bersama wanita berparas plastik, yang terpampang besar di perempatan jalan. Lalu membandingkannya dengan selembar foto berukuran 5R yang ada di tangannya. 

"Entar malem aja mak, kita balik lagi ke rumah Wanita berparas Plastik itu. Sekalian minta pembayaran Royalti, karena memajang foto emak tanpa izin" Kata anak perempuannya tadi pagi, sebelum berangkat kuliah. 

Perempuan tua itu sedikit tersenyum, saat mulai memasukkan botol dan gelas plastik bekas ke dalam karungnya.

"Royalti? Makanan apalagi itu?" Tanya mak Ijah dalam hati, sambil memanggul karungnya yang telah penuh terisi.

(Selesai)

Salam Sendu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun