Sudah sejak pagi para penghuni kontrakkan berkumpul di depan rumah Pak Erte. Ada yang duduk lesehan di teras rumah. Ada yang hanya melongokkan kepalanya di pintu, karena masih ngantuk.  Ada juga yang bergegas karena takut tidak kebagian tempat duduk yang sengaja disiapkan oleh Pak Erte.
Penghuni kontrakkan Pak Erte sendiri memiliki beragam profesi. Mulai dari pedagang asongan di terminal. Pemulung, karyawan pabrik. Pekerja konveksi sampai yang berprofesi sebagai pengacara. Alias pengangguran banyak acara.
Cuma si buluk aja yang saban hari kerjaannya mabok mulu. Mulai dari mabok anggur merahnya-meggi z, mabok Lem aibon, bahkan kalau udah sangking kerenya.
Si Buluk sampe bela-belain ngisepin bau kaos kakinya si Entong, yang nggak di cuci sebulan. Pokoknya, yang penting mabok. Hihihi....
Siapa saja boleh mengontrak di tempatnya Pak Erte. Asal jangan pengedar Narkoba. Karena Pak Erte paling anti dengan barang haram tersebut.
Pernah sekali ada  pengedar narkoba yang mengontrak di tempatnya Pak Erte. Setelah berhasil ditangkap. Bandar Narkoba naas itu lalu dihukum.
Diikat seharian dipohon jambu yang banyak semut rangrangnya. Semua pakaian dilucuti. Hanya menyisakan segitiga pengaman, untuk melindungi perabotannya dari gerayangan semut yang mendiami pohon jambu tersebut. Kebayangkan gatelnya? Hihihi....
Tapi sejak saat itulah kampung Pak Erte bebas dari Narkoba. Karena tidak ada lagi warga yang berani nyoba jadi pengedar, apalagi bandar. Karena membayangkan hukumannya saja mereka sudah geli. Hiiiii...!
Sebenarnya ada maksud apa Pak Erte mengumpulkan semua penghuni kontrakkannya di depan rumahnya?
Mari kita simak pidato yang akan disampaikan oleh Pak Erte yang sudah ngapalin pidatonya sejak subuh tadi. Tapi sampe pagi, masih juga nggak hapal-hapal.
"Tes, te..sss...teee...ss.. satu,tu..tu..tuuuuh..." Suara Pak Erte terdengar menggema ke seantero kampung.