Sebelum bisa menulis di kompasiana, saya hanyalah seorang Silent Reader. Yaitu seseorang yang ngebaca artikel sambil diem-diem. kalau sambil teriak, namanya: Rocker! Tujuan awalnya sih, cuma mau baca berita. karena saya jarang nonton Tipi.
Di Kompasiana, saya tidak hanya mendapatkan berita-berita yang hangat, seperti baru diangkat dari penggorengan. Tapi juga karya-karya Fiksi dari penulis-penulis tidak terkenal dan juga tidak saya kenal. Seandainya sudah ada yang terkenal toh, saya juga nggak kenal. Hehehe....
Anehnya, tidak sedikit dari karya-karya mereka, yang begitu kelar saya baca, ternyata bagus-bagus dan membangkitkan hasrat kelaki-lakian, Eh, maaf! membangkitkan gairah menulis, yang sudah lama saya tinggalkan.
Nyatanya lagi, sebagian besar penulis-penulis hebat yang (terutama) karya fiksinya sudah sempat saya baca, 'ngakunya': "Ah, saya masih belajar, Kok..." atau "Hahaha, saya juga belajar menulis, mas...". Aneh tapi Nyata. hihihi...
"Disitu saya kadang merasa sedih...!" Kenapa? Dibandingkan mereka, karya saya tidak ada apa-apanya dan cendrung biasa-biasa saja. Kalau mereka yang hebat aja 'ngakunya' masih belajar. T'rus, saya pinternya kapan dan mesti mengaku apaaaa...? Hiks...Hiks...
Mungkin ini adalah bentuk kerendahan hati dari orang-orang hebat, yang tidak mau mengaku hebat. Mungkin ini juga proses pembelajaran bagi diri saya untuk terus menghasilkan tulisan yang 'benar' dan 'bagus'. Untuk itulah sejak hari ini, saya mulai belajar lagi menulis dalam arti yang sebenarnya.
Karena penulis yang cerdas dan mau belajar tercermin dari karyanya. Selain itu penulis yang tema tulisannya itu-itu saja akan tersingkir oleh persaingan. Oleh karena itu agar tidak kehabisan ide, Â saya mulai belajar banyak hal dan membaca semua artikel yang ada di Kompasiana.
Tapi pada saat gairah menulis saya mulai menyala-nyala, serta semangat untuk menulis telah berkobar-kobar, tanpa sengaja  Saya membaca sebuah Anekdot yang bunyinya seperti berikut:
"Semakin banyak kita belajar, semakin banyak yang kita ketahui. Semakin banyak yang kita ketahui, semakin banyak yang kita lupa. Semakin banyak yang kita lupa, semakin sedikit yang kita ketahui. Jadi, apa gunanya kita belajar?"
Hadeeew...!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H