Angry people are not always wise.
― Jane Austen, Pride and Prejudice
Apakah kamu pernah mengalami situasi dimarahi oleh orang tua, atasan, pacar, atau pasangan hidup kamu? Rasanya menyebalkan bukan? Apalagi saat itu kamu dimarahin di depan orang banyak dan kamu tidak punya kesempatan untuk membela diri. Sudah tidak punya kesempatan membela diri ditambah itu bukan salah kamu. Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan ikut berdebat dengan gagah berani dihadapan superior kamu atau kah kamu akan diam saja dan menelan mentah-mentah semua kemarahan mereka?
Marah itu sah-sah saja karena itu bagian dari ekspresi sebagai manusia. Orang yang tidak pernah marah itu tidak sehat juga lho, tetapi jika terus menerus marah berarti ada yg salah dengan orang tersebut. Apakah kamu pernah marah? Apa yg kamu rasakan saat itu? Rasanya seperti meledak-ledak bukan? Apa yang ingin kamu sampaikan dari dahulu kala akhirnya terlepas begitu saja dan setelahnya perasaan kamu menjadi lega.
I am awfully greedy; I want everything from life. I want to be a woman and to be a man, to have many friends and to have loneliness, to work much and write good books, to travel and enjoy myself, to be selfish and to be unselfish… You see, it is difficult to get all which I want. And then when I do not succeed I get mad with anger.
― Simone de Beauvoir
Marah itu terjadi karena adanya ketegangan-ketegangan. Perasaan itu seperti gunung yang siap meledak dan marah itu ibarat sebuah erupsi. Ada orang yang bisa melepaskan ketegangan tersebut secara perlahan lahan, ada yang tidak dapat melakukannya sampai akhirnya, Boom!
Bitterness is like cancer. It eats upon the host. But anger is like fire. It burns it all clean.
― Maya Angelou
Apa yang harus kamu lakukan jika sudah terjadi ledakan itu? Kamu lakukan adalah biarkan ledakan itu terjadi di depan kamu. Rasanya memang tidak enak kamu yang jadi sasaran tembak tapi tindakan logis yang harus kamu lakukan adalah biarkan mereka melepaskan kemarahan itu. Alasannya adalah ketika mereka marah maka kemarahan itu akan membantunya untuk melepaskan ketegangan dalam dirinya. Jika kamu balik marah (karena kamu juga mengalami ketegangan saat dimarahi) yang ada malah pecah. Tindakan bijaksana pertama adalah biarkan mereka melepaskan ketegangan di dalam dirinya. Alasan berikutnya adalah ketika mereka marah maka mereka akan terus bicara dan disitu ada rasa nikmat karena otak melepaskan hormon dopamin (baca: Banyak Bicara). Jadi tindakan bijaksana adalah usahakan tidak menginterupsi saat dia bicara.
Sialnya adalah, bagaimana jika dia marah kemudian dia terus menerus minta penjelasan dan di satu sisi kamu juga punya alasan panjang lebar? Tindakan bijaknya adalah jika kamu salah, katakan maaf dan jelaskan secara singkat, jelas, dan bagaimana kamu memperbaikinya. Cukup 20-40 detik saja. Lebih dari itu kamu akan terlihat bertele-tele. Kalau kamu merasa ini bukan kesalahanmu, jelaskan juga alasannya secara relevan, singkat, padat dan jelas tidak lebih dari 40 detik. Bahasa tubuh jangan menantang tetapi tetap percaya diri bukan bukan over confidence atau seperti beaten dog.
Anybody can become angry — that is easy, but to be angry with the right person and to the right degree and at the right time and for the right purpose, and in the right way — that is not within everybody's power and is not easy.
― Aristotle
Penting disini jika kamu ingin menjelaskan alasan kamu, maka kamu tetap menjelaskannya secara relevan, singkat, jelas dan tidak bertele-tele. Tidak bertele-tele itu adalah tidak lebih dari 40 detik bicara, lebih baik 20 detik karena mereka masih menangkap alasan kamu secara jelas. Makanya 20 detik pertama itu adalah waktu emas kamu.