Mohon tunggu...
Mas Gandeng
Mas Gandeng Mohon Tunggu... Client Relationship Manager -

Blog ini adalah kumpulan tulisan-tulisan dan tips-tips buat kamu yang masih jomblo, galau dan sedang jatuh cinta. Tulisan yang tersaji disini adalah murni dari pengalaman sendiri, curhat orang lain, dan pendapat pribadi. Jadi kamu akan menemukan tulisan asli yang bukan copy paste dari artikel orang lain. Sumbernya tulisan dan foto akan diinformasikan dengan lengkap jika diambil dari sumber lain. Jadi, Jangan takut untuk berbagi karena semakin banyak kamu berbagi, semakin kita tidak sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Manusia 'Homo'

19 Oktober 2016   13:18 Diperbarui: 19 Oktober 2016   13:53 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.deonvsearth.com/gay-pride-flag-mockery-towards-god-did-you-know/

Ketertarikan terhadap sesama jenis bukanlah hal yang normal. Kenapa hal ini dibilang bukan hal normal? Karena tidak umum terjadi. Hal-hal umum yang tidak normal seperti di Indonesia mestinya mengalami musim kemarau, tetapi curah hujan sangat tinggi atau saat musim hujan malah tidak turun hujan. Anomali-anomali seperti ini jarang terjadi tetapi mungkin bisa terjadi. Kata tidak normal sendiri mengacu pada sesuatu yang seharusnya tidak terjadi tetapi terjadi. Sama halnya dengan hubungan sesama jenis yang secara logika  berlaku umum tidak terjadi tetapi hal itu bisa terjadi.

Dalam tulisan ini saya tidak ingin bicara apakah homoseksualitas itu baik dan benar atau buruk dan salah. Saya akan bicara mengenai si manusia homo yang kerap mendapat berbagai ketidakadilan, kekerasan, pengucilan dan tindakan-tindakan lain yang seharusnya tidak dilakukan terhadap manusia. Isu ini cukup sensitif karena bukan isu yang normal untuk kamu meskipun kamu melihat sehari-hari para kaum homoseksual mulai menampilkan dirinya apa adanya dan berjuang menuntut keadilan.

Saya ingin menganalisa terlebih dahulu. Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno dalam tulisannya berjudul Perkawinan Sejenis Tak Berdasar memaparkan bahwa kecenderungan homoseks itu tidak dipilih tetapi dialami oleh yang bersangkutan. Makanya WHO sudah mencoret homoseksualitas dari daftar penyakit mental. Homoseksualitas disebut sebagai kecenderungan alami karena kecenderungan ini juga ditemukan di antara binatang (Baca: Sepasang Pinguin Gay Akan Dipisahkan). Untuk itu karena homoseksual adalah kecenderungan alami maka menurut Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno menyembuhkan dan membina ke jalan yang benar terhadap orang-orang yang mengalami kecenderungan alami ini tidak tepat karena memang mereka pada dasarnya suka dengan sesama jenis.

Saya penyuka lawan jenis dan ketika melihat tubuh perempuan berpakaian seksi maka saya akan tertarik. Ketertarikan saya juga tidak hanya terhadap lekuk tubuh perempuan tetapi hal-hal lain yang berhubungan dengan lawan jenis. Saya mempunyai kecenderungan alami untuk menyukai lawan jenis. Homoseksualitas disebut kecenderungan alami entah itu dialami laki-laki dan perempuan, pada dasarnya sama hanya berkebalikan dari heteroseksual. Mereka lebih menyukai sesama jenis.

Kamu mungkin bertanya-tanya apa betul homoseksual itu adalah kecenderungan alami sedangkan kamu punya pengalaman kalau ada seorang teman awalnya dia pernah pacaran dengan lawan jenis tetapi karena patah hati dia kemudian pindah ke sesama jenis. Untuk hal ini, saya coba meminta kamu menganalisa, apakah kamu betul-betul mengetahui alasan kenapa dia putus? Apakah penyebab dia putus karena memang dia punya kecenderungan homoseksual? Jika memang demikian maka kecenderungannya alami. Akan tetapi jika memang itu murni pelarian atau karena ikut-ikutan tren dan lingkungan sedangkan sama sekali tidak ada kecenderungan alami maka dia bisa kembali menjadi heteroseksual. Akan tetapi pertanyaan saya kemudian adalah apakah kamu bisa menjamin bahwa kecenderungan alaminya adalah heteroseksual atau bukan? Kecenderungan alami itu hanya orang tersebut yang tahu dan jelas hal ini sangat subjektif.

Sekarang inilah fakta di sekitar kamu bahwa kita sekarang hidup di dunia bersama dengan homoseksual. Bagaimana kamu menyikapi fakta ini? Saya sependapat dengan Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno bahwa kita harus berhenti menstigmatisasi dan mendiskriminasi orang yang mempunyai kecenderungan seksual yang berbeda. Kamu perlu ingat bahwa mereka adalah manusia juga yang diciptakan oleh yang mahakuasa. Mereka juga mendapatkan hak yang sama untuk menikmati matahari bersama dengan orang-orang baik dan jahat. Dengan demikian mereka juga punya hak yang sama dengan kamu sebagai manusia dan sebagai warganegara. Dengan demikian mereka punya hak untuk berkumpul, untuk bekerja, dan untuk hidup. Kita hidup di Indonesia yang adalah negara hukum maka kita harus menghargai mereka sebagai warga negara selama tidak melanggar hukum. Indonesia bukanlah negara agama sehingga apa yang terjadi di kamar tidur bukan urusan kita.

Bukan berarti homoseksual adalah manusia dan warga negara maka mereka juga bisa menuntut untuk memiliki anak dan menikah. Saya tidak sependapat jika homoseksual itu punya hak untuk memiliki anak dan menikah. Bersama dengan Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, saya sependapat bahwa pernikahan itu adalah milik heteroseksual. Dalam perkawinan tidak hanya menyatukan dua insan manusia tetapi di situ juga ingin melanjutkan keturunan. Kita menikah selain memperoleh hak-hak juga ingin melanjutkan keturunan.

Hal ini menjadi tidak pas jika diterapkan pada homoseksual karena memang pada awalnya perkawinan itu untuk heteroseksual. Tidak hanya perkawinan, memiliki keturunan juga adalah hak heteroseksual karena memang hanya heteroseksual lah yang bisa secara alami memiliki keturunan. Inilah alasan kenapa heteroseksual memiliki tempat yang istimewa di dalam masyarakat karena pada kenyataannya hanya heteroseksual menjamin keberlangsungan suatu peradaban manusia secara terus menerus lewat keturunan. Kita bisa mengatakan bahwa perkembangan teknologi saat ini menjamin bahwa homoseksualitas bisa memperoleh keturunan akan tetapi saat ini saya bicara tentang perkawinan dan keturunan yang memang sejak awalnya menjadi hak heteroseksual.

Tulisan ini bukanlah tulisan mana yang baik dan benar atau buruk dan salah. Saya mengharapkan kamu yang membaca bisa bersikap lebih bijaksana untuk tidak bermain menjadi Tuhan. Para gay adalah manusia yang juga perlu kita hargai mereka sebagai manusia. Saya punya banyak teman gay dan mereka adalah orang-orang baik yang juga berjuang untuk hidupnya dan orang-orang yang mereka sayangi seperti adik, orang tua dan saudara. Kita hendaknya bijak untuk tidak melulu membayangkan homoseksual dengan aktivitas seksual. Jika kamu menghakimi para homoseksual, apakah kamu sadar bahwa heteroseksual juga kadang lebih buruk. Jadi hendaknya kita bisa bersikap adil terhadap si manusia homo yang juga punya hak yang sama untuk menikmati matahari pagi oleh sang pencipta.

Mas Gandeng 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun