Mohon tunggu...
Mas Gandeng
Mas Gandeng Mohon Tunggu... Client Relationship Manager -

Blog ini adalah kumpulan tulisan-tulisan dan tips-tips buat kamu yang masih jomblo, galau dan sedang jatuh cinta. Tulisan yang tersaji disini adalah murni dari pengalaman sendiri, curhat orang lain, dan pendapat pribadi. Jadi kamu akan menemukan tulisan asli yang bukan copy paste dari artikel orang lain. Sumbernya tulisan dan foto akan diinformasikan dengan lengkap jika diambil dari sumber lain. Jadi, Jangan takut untuk berbagi karena semakin banyak kamu berbagi, semakin kita tidak sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbuat Baik dengan Tepat

6 Oktober 2016   14:55 Diperbarui: 6 Oktober 2016   15:02 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya, tidak semua perbuatan baik itu membuahkan hasil yang baik jika kita tidak bijak saat bertindak baik. Saya sampai ke kesimpulan demikian ketika saya sedang melintas di penyeberangan orang dekat Stasiun Bogor. Di sana ada berbagai makna kehidupan yang bisa menjadi ilham dan membuat kehidupan semakin bernilai. Di sana ada berbagai gelagat kehidupan dari pedagang, calon penumpang commuter line, tukang ojek, tukang becak, pengemisdan lain-lain. 

Semua berada di sana bukan tanpa tujuan tetapi mereka ada di sana karena punya tujuan dan kepentingan masing-masing. Tukang ojek mencari penumpang agar bisa membiaya kebutuhannya sehari-hari, sama halnya dengan para pedagang, tukang becak, para calon penumpang dan pengemis.

Pengemis adalah salah satu perhatian saya ketika melintas di jembatan penyeberangan orang (JPO) tersebut. Saya melihat ada satu bapak pengemis tangannya gemetaran atau tremor, pengemis lainnya jempol kakinya luka, dan ada beberapa orang lansia dan orang tua membawa balita. Setiap hari saya melintas jembatan tersebut baik pagi hari saat menuju kantor di Jakarta Pusat mau pun malam hari ketika pulang ke rumah di daerah Darmaga. Jika kamu memperhatikan sekitar kamu, maka kamu akan melihat bingkai yang lebih lengkap tentang situasi yang ada di sekitar kamu dan saya menemukan banyak keganjilan dari para pengemis di JPO tersebut.

Pernah saya melihat bapak yang tangannya tremor ketika dia beristirahat di depan penjara Paledang tidak gemetaran lagi. Ada juga bapak yang kakinya luka, sempat sembuh dan kemudian luka lagi dan seterusnya. Contoh-contoh itu menunjukkan bagaimana mereka sebenarnya orang-orang sehat yang berpura-pura atau sengaja sakit dan menjualnya agar kamu bisa menggunakan rasa belas kasihanmu untuk mereka dan memperoleh uang. Tetangga saya  di Jakarta orang cacat dari ayah sampai anak-anaknya punya anggota tubuh yang tidak lengkap dan mereka mempunyai rumah yang bagus dan mobil Avanza. Akan tetapi suatu ketika pernah saya memergoki mereka sedang mengemis di beberapa lampu merah dengan menggunakan pakaian compang-camping, padahal setiap pagi mereka keluar rumah dengan baju yang bagus dan rapi.

Apakah kamu pernah menyadari jika orang-orang itu dengan sengaja menjual penderitaan dan kekurangan mereka agar mereka bisa memperoleh uang dari rasa belas kasihan kita? Bahkan kadang mereka rela menyewa bayi-bayi dan anak-anak kecil agar kita bisa berbelas kasihan dan memberi uang yang lebih banyak untuk mereka. Ada bayi-bayi diberi obat tidur supaya tidakrewel, bahkan sampai ada yang sampai meninggal. Jelas bayi-bayi itu meninggal karena hanya dikasih air putih. Apakah kamu kasihan dengan nasib bayi-bayi dan orang-orang itu? Saya kasihan dengan bayi-bayi tersebut sampai suatu saat saya memutuskan untuk tidak pernah memberi uang lagi kepada mereka.

Alasan saya tidak memberi uang karena, pertama, saya merasa ditipu oleh tindakan mereka yang memanfaatkan kebaikan dan rasa belas kasihan untuk kepentingan mereka sendiri. Kedua, jika saya tetap memberi uang kepada mereka maka mereka akan tetap menjadi pengemisdengan ‘sejuta kreativitasnya’. Saya tidak akan pernah membantu bayi-bayi malang dan anak-anak kecil tersebut jika saya iba dengan memberi uang kepada pengemis yang menjual belas kasihan dengan menggunakan bayi-bayi dan anak-anak kecil. Malahan saya akan menambah banyak penderitaan dan menjadi sponsor bagi kematian dan penderitaan bayi-bayi tersebut. Ketiga, dengan memberi uang, saya bukannya membantu mereka tetapi malah membuat mereka terus ada di dalam kondisi nyamannya dan tetap membuat mereka menjadi penipu.

Di Indonesia punya banyak orang baik tapi sayangnya kebaikan itu tidak digunakan secara tepat. Kita tidak pernah berpikir panjang ketika kita bertindak. Tidak ada yang salah dengan rasa belas kasiahan karena ketika kamu mempunyai belas kasihan berarti kamu punya hidup yang positif yaitu ingin membantu orang lain dan berbuat baik. Akan tetapi masalah itu muncul jika kebaikan kamu bukannya membawa kebaikan yang lebih besar dan membuat kamu menjadi orang yang baik malah membuat kamu menjadi orang yang lebih buruk dan pelaku kejahatan tanpa kita sadari. Kamu bisa saja bilang bahwa itu dosa para pengemis karena memanfaatkan belas kasihan kamu dan biarkan mereka yang menanggung dosa di akhir nanti. Akan tetapi kita juga menanggung dosa yang sama karena kita juga turut bertanggungjawab atas begitu banyaknya bayi dan anak-anak yang digunakan untuk mengemis karena kita tidak mampu untuk bersikap kritis terhadap kebaikan kita sendiri.

Berbuat baik saja tidak cukup karena perbuatan baik yang kamu perbuat dengan tidak tepat malah semakin menjerumuskan kamu ke perbuatan yang buruk. Kamu harus selalu ingat bahwa yang jahat itu selalu berpura-pura menjadi yang baik agar kamu bisa terkecoh dan tertipu dan ikut dalam skenarionya (baca: Dunia Allah dan Dunia Manusia). Mulai sekarang hendaknya kita menghentikan memberi uang kepada pengemis. Pengemis itu bisa menghasilkan uang yang lebih besar dari penghasilan kamu sebulan hanya bermodal muka melas atau menggunakan bayi dan anak-anak. Kalau kamu menghentikan itu maka kamu akan memotong perdagangan anak yang digunakan untuk mengemis atau mafia-mafia yang mempekerjakan anak-anak untuk mengamen dan mengemis. Dengan memotong keuangan mereka berarti kamu ikut berpartisipasi untuk menghentikan perdagangan anak dan membuat para pengemis itu bekerja dengan lebih fair.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk berbuat baik ketimbang memberikannya kepengemis dan pengamen. Kamu bisa menyumbang uangmu ke organisasi yang membantu penderita kanker seperti Yayasan kanker Indonesia atau Yayasan Onkologi Anak Indonesia. Atau jika kamu ingin spontan membantu sesama, kamu bisa membeli dagangan orang-orang yang cacat fisik. Contohnya di depan perempatan Matraman saat saya melintas menuju Pulo Gadung kerab bertemu dengan pedagang koran yang hanya mempunyai satu kaki. Ia menjingkrak-jingkrak sambil menjual korannya dari satu mobil ke mobil yang lain. 

Atau kamu juga bisa mencoba apa yang saya lakukan dengan membantu membayar BPJS teman yang keuangannya terbatas sampai ia bisa mandiri. Memberi uang dan berbuat baik kepada orang lain adalah suatu hal yang baik bagi hidup kita dan bagi hidup orang lain. Akan tetapi kita perlu bijak dalam bertindak baik karena jika kita tidak bijak maka kebaikan itu menjadi milik kita saja dan bukan menjadi milik orang lain.

Mas Gandeng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun