Semenjak BPJS Kesehatan diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013, BPJS Kesehatan masih jauh dari penilaian memuaskan. Apakah salah jika masyarakat Indonesia sampai saat ini masih berpikir dan berprasangka bahwa BPJS Kesehatan hanya diperuntukkan untuk masyarakat kelas bawah karena pelayanannya rumit dan dinomorduakan dibandingkan dengan pengguna asuransi swasta atau pengguna uang pribadi? Prasangka itu tidak salah karena inilah yang dirasakan para pengguna BPJS Kesehatan ketika berurusan dengan pelayanan rumah sakit. Pengalaman di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat adalah contoh bagaimana pelayanan rumah sakit perlu mendapatkan perbaikan dan perhatian dari managemen rumah sakit.
BPJS Kesehatan menawarkan perlindungan kesehatan yang sangat terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Iuran mandiri sebesar Rp. 25.500 per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III, Iuran mandiri sebesar Rp. 51.000 per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II dan Iuran mandiri sebesar Rp. 80.000 per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I tentu sangat terjangkau dibandingkan iuran kesehatan yang diberikan oleh asuransi swasta. Cakupan jaminan kesehatan pun sangat luas dan bervariasi sehingga BPJS Kesehatan sejauh ini masih unggul dan terbaik dibandingkan asuransi swasta. Untuk kualitas kesehatan para pengguna BPJS Kesehatan yang ditawarkan RSPAD sangat baik. Disana ada dokter-dokter terbaik dari berbagai keahlian. Gedung perawatan umum yang bersih meski ada berbagai renovasi sana-sini tetapi ini menunjukkan bahwa RSPAD sebagai rumah sakit rujukan nasional sedang berbenah memberikan pelayanan untuk pasiennya.
Dokter-dokter RSPAD dan fasilitas-fasilitas di dalamnya bisa menjadi rumah sakit terbaik jikaRSPAD bisa berbenah dan memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Ada satu pengalaman yang kurang menyenangkan dan diharapkan bisa menjadi koreksi untuk perbaikan di masa mendatang. Pengalaman ini erat kaitannya dengan pelayanan rumah sakit terhadap pasien BPJS Kesehatan. Jika kita pernah mengalami pengalaman dirawat di rumah sakit dengan biaya sendiri atau menggunakan asuransi pribadi dan pengalaman menggunakan BPJS Kesehatan, pasti kita akan merasakan perbedaan yang sangat berbeda. Jika menggunakan asuransi swasta atau uang pribadi untuk kelas I, setiap pagi kita akan ditanya mau makan apa hari ini dengan berbagai menu pilihan. Perawat juga tanggap jika kita membutuhkan bantuan dan datang dengan senyuman. Atau setiap hari jika butuh bantuan untuk dimandikan maka akan dimandikan atau saat menggunakan pispot juga akan dibantu. Keluarga pasien tidak perlu khawatir jika meninggalkan kerabatnya di rumah sakit.
Pengalaman ini berbeda dengan yang dialami di RSPAD. Saat masuk ke unit rawat inap dengan menggunakan BPJS Kesehatan, terlihat beberapa perawat yang tertawa dan bicara dengan keras. Seakan mereka lupa bahwa disitu ada pasien yang butuh istirahat. Selain itu pelayanannya juga terkesan malas-malasan dan tidak professional. Jangan harap jika kita menekan bel maka perawat akan segera datang, bahkan mereka mungkin tidak ada di tempat saat itu. Jika yakin infus segera diganti, kita datang saja ke tempat perawat untuk memberitahukan hal tersebut. Itu pun butuh waktu sekitar setengah jam atau sejam kemudian baru perawat datang untuk mengantinya. Jadi untuk hal ini memang keluarga pasien harus berhati-hati untuk terus melakukan pengawasan kepada kerabatnya yang sedang dirawat di RSPAD. Selain itu setiap pagi ada saja penjual nasi yang menjajakan dagangannya dari kamar ke kamar. Kadang mereka tidak segan untuk berteriak sembari menawarkan sarapan pagi tanpa memperdulikan pasien yang membutuhkan istirahat untuk proses penyembuhan. Selain itu menjelang akhir perawatan pasien, perawat akan meminta uang pelayanan dari Rp. 20.000 sampai Rp. 50.000. Alasannya, uang tersebut adalah uang kolekan untuk perawat yang mengawasi pasien siang malam atau sekedar uang fotocopi berkas. Perlu menjadi catatan, perawat sendiri yang meminta uang bukan pasien yang memberikannya secara sukarela.
Pertanyaannya adalah, apakah iuran BPJS Kesehatan tidak memasukkan pelayanan kesehatan atau kah memang banyak oknum rumah sakit yang memanfaatkan pelayanan BPJS Kesehatankarena rata-rata pasien BPJS Kesehatan itu “pasien murah”? Oleh sebab itu agar program pemerintah untuk jaminan kesehatan nasional bisa berhasil, managemen rumah sakit perlu memperbaiki diri. Hal ini bukan hanya menjadi tanggungjawab managemen RSPAD melainkan juga menjadi masukan bagi seluruh rumah sakit yang menerima pasien BPJS Kesehatan.
Mas Gandeng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H