Ada dua pristiwa yang terlihat tidak memiliki kaitan apa pun, namun pada dasarnya, memiliki karakterisitk dan hubungan yang jelas. Pristiwa itu adalah kasus penistaan agama dan ulama yang menjerat Ahok dan pristiwa terbaru penghujatan ulama sekaligus gubernur NTB Zainul Majdi oleh Steven Hadisurya Sulistyo.
Kedua pristiwa tersebut memiliki kaitan dan karakteristis yang sama, yakni mengenai wajah minoritas yang sombong di Indonesia. Mereka berdua adalah etnis China yang beragama Kristen, yang merupakan latar belakang sosial dan agama minoritas di Indonesia. Mentang-mentang mereka tengah berkuasa dan memiliki kekayaan, mereka lantas merasa memiliki hak untuk mengeluarkan kata-kata kasar dan rasis.
Ketika mayoritas mengucapkan kata-kata kasar, terlebih menyinggung SARA, maka akan langsung dinilai tidak mengerti mengenai konsep pluralitas, heterogenitas, dan ideologi Negara yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Tapi, bagaimana jika yang menguji kesabaran kelompok mayoritas adalah minoritas seperti Ahok dan Steven?
Dari kecil kita selalu diajarkan untuk menghormati perbedaan, menghargai satu sama lain, menjaga persatuan, dan cinta kepada bangsa Indonesia yang tersusun dari etnis yang beragam. Kita diajarkan mengenai semua itu semenjak kita memasuki sekolah dasar. Namun, bukan kelompok mayoritas yang sering mengoyak kebhinnekaan itu, tapi minoritas kaya dan berkuasa seperti Ahok dan Steven.
Mereka adalah wajah minoritas Indonesia hari ini. Mereka adalah minoritas yang menikmati over protection oleh Negara. Dan karena itu, akhirnya berlaku sombong kepada mayoritas. Apa yang dimaksudkan oleh Steven ketika menyebut gubernur NTB yang merupakan seorang ulama dengan menyebutnya “dasar Indo, dasar Indonesia, dasar pribumi tiko (tikus kotor)”?
Apakah pernyataan tersebut menandakan bahwa mereka pada dasarnya tidak merasa menjadi bagian dari Indonesia? Apakah pernyataan ini menjadi tanda bahwa mereka pada dasarnya tidak memiliki perasaan sebagai orang Indonesia? Tidak mencintai tanah air di mana ia hidup?
Atas alasan inilah, bukan hanya orang NTB, yang harusnya marah dengan pernyataan Steven tersebut. Kita semua sebagai bangsa seharusnya merasa marah dengan apa yang dikatakan oleh Steven, sebab ia bukan hanya menghina perseorangan, tetapi telah menghina kita sebagai bangsa. Tentu, tidak ada kaitannya dengan latar belakang etnis Steven yang Cina, tapi semata-mata karena ia telah melukai perasaan kita sebagai bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H