Pidato Presiden Jokowi di Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara menimbulkan perhatian banyak kalangan. Dalam pidato tersebut, Presiden Jokowi menyebutkan politik dan agama harus dipisahkan. Pernyataan tersebut memantik reaksi baik yang setuju maupun yang kontra.
Meski latar pidato tersebut dilakukan di Sumatera Utara dalam konteks yang berbeda, tapi bagi para pengamat yang jeli melihat arah bidikan pidato tersebut, maka akan sangat jelas bidikan pidato Presiden Jokowi sangat lekat dengan kontestasi politik di Pilgub DKI Jakarta. Semua orang paham bahwa Presiden Jokowi secara pribadi maupun secara kelembagaan partai mendukung Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI Jakarta. PDI-P yang merupakan asal partai dan pengusung utama Presiden Jokowi termasuk pengusung utama Ahok-Djarot.
Jika pidato Presiden Jokowi tersebut dicampakkan oleh tim sukses dan pendukung Ahok-Djarot, maka hal tersebut dapat dipahami. Tapi, yang mencampakkan substansi pidato Presiden tersebut juga datang dari para pendukung Ahok-Djarot. Para pendukung Ahok-Djarot justru menggunakan agama atau acara-acara keagamaan untuk mendulang suara.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah Barat I dan sekaligus tim pemenangan Ahok-Djarot, Nusron Wahid mengatakan membuat strategi baru untuk memompa elektabilitas Ahok-Djarot. Strategi itu adalah mengadakan pengajian-pengajian di berbagai tempat di Jakarta. Bahkan menurut Nusron, Partai Golkar menyebarkan organisasi Islam sayap Golkar untuk mengkampanyekan Ahok-Djarot.
Artinya, para pendukung dan tim sukses Ahok-Djarot tidak perlu munafik dengan nyinyir atas kehadiran agama di ruang-ruang kampanye. Mereka selalu nyinyir dengan menuduh pasangan lawan dan para pendukungnya menggunakan agama untuk tujuan-tujuan politik. Padahal, mereka sendiri yang mengeksploitasi agama demi kekuasaan.
Bahkan ketika muncul isu larangan mensholatkan jenazah bagi para pemilih Ahok-Djarot, Ahok-Djarot dan para pendukung justru mengkapitalisasi isu tersebut untuk kepentingan mereka. Caranya adalah memerankan diri sebagai korban alias playing victim.Padahal, mereka sendiri yang akhirnya memanfaatkan isu tersebut.
Karena itu, pidato Presiden Jokowi tersebut justru menjadi sampah di tangan para pendukung dan tim sukses Ahok-Djarot.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H