4. Gaji yang tidak sesuai.
Gaji yang tidak sesuai dengan harapan mereka menjadi salah satu faktor terjadinya Job Hopping, Gaji yang tidak sepadan dengan kebutuhan dari Generasi Y (Milenial) dan Z yang kompleks meski belum berkeluarga mendorong mereka untuk melakukan Job Hopping.
5. Gaya Kepemimpinan seorang Pimpinan/Atasan
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam dunia kerja terkadang menjadi faktor pendorong job hopping. Gaya kepemimpinan yang otoriter membuat kenyamanan untuk bekerja menjadi berkurang dan jika kepemimpinan terlalu demokratis maka dapat menurunkan kinerja karena pengambilan keputusan menjadi lambat .
Gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan keinginan Generasi Y (Milenial) dan Z mendorong mereka melakukan perpindahan kerja atau job hopping. Sehingga dibutuhkan pemimpin yang tahu sitasi serta kondisi sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat.
6. Pekerjaan tidak sesuai Passion, Minat, dan Kemampuan
 Pekerjaan tidak diminati karena tujuan awalnya adalah untuk memenuhi hirarki kebutuhan fisiologis dimana pemenuhan sandang, pangan, papan. Ketika makin kesini dirasa tidak cocok dengan minat sehingga terjadilan Job Hopping.
7. Faktor Lain-Lain
Faktor lain ini bisa disebabkan oleh psikologis pekerja serta motivasi dalam bekerja menjadi faktor pendorong terjadinya job hopping. Faktor tersebut bisa sugesti dari rekan-rekan kerja, iri dengan pencapaian orang lain sehingga mendorong terjadinya Job Hopping. Serta faktor lain lagi yang dapat mendorong terjadinya Job Hopping.
      Lalu apakah ada dampak positif dan negatif dari fenomena Job Hopping ini? Tentunya ada. Dampak positif dari adanya Job Hopping adalah
      1. Bekerja sesuai dengan Passion, Minat, dan Kemampuan;