Mohon tunggu...
Puang Sampaga
Puang Sampaga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Thaharah dan Allah yang "Malu" Menatapku (1)

29 Oktober 2015   22:26 Diperbarui: 29 Oktober 2015   22:37 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sekali waktu aku duduk terpekur. Tubuhku terasa berat. Entah bobot lemak terus bertambah makin menindih atau sekalian dengan beban khilaf sepanjang umur sejak akil balig.

Kuingat, seorang Guru berkata, "Tubuh manusia hanyalah kantong kotoran jika ia tak tahu bagaimana mengaturnya." Jujur, saat itu aku tak suka mendengarnya. Tapi, kini nalarku harus mengakui, kalimat ini makin menemukan kebenarannya. Paling tidak atas diriku sendiri. 

Satu saat aku berjumpa seorang cerdik pandai agama. Gegap-gempita ia berkhotbah seolah dunia dan akhirat dalam genggaman kata-katanya. Tentu tak ada yang salah dari semangatnya. Mungkin aku saja tak terbiasa melihat-mendengar kebenaran religi difatwakan dalam nada tinggi. 

Hampir semua bilang semua diawali dengan syahadat: persaksian formal atas Allah dan Muhammad. Setelah itu Sholat, Puasa, Zakat, dan Haji. Semua anak SD dimanapun hafal urutan ini. Rukun Islam populernya. 

Cara pandang ini ternyata tak melulu diartikan demikian. Tanpa diduga, aku bertemu seorang pengembara ruhani. Ia bilang begini, "tak salah rukun Islam itu. Tapi bagi kami hal paling pokok dan pertama adalah thaharah. Bagaimana memastikan kita tak berhenti terus menerus berupaya membersihkan diri. Baik untuk kebutuhan ritual, pun sebagai kesejatian diri."

Kubenarkan kalimatnya. Tanpa perlu berfikir lama. Sejak saat itu, aku mulai bersemangat bertanya soal thaharah kepadanya. Mungkin tetap tak menjawab banyak hal. Tapi telah memberi warna baru bagi hidupku. Bagi keyakinanku. 

Baginya, thaharah adalah awal. "bagaimana bisa kau menyembah Sang Maha Suci dalam keadaan tak bersih?" aku tak bisa menjawabnya. Berikut beberapa penggalan ujarnya soal thaharah:

"...thaharah itu syarat mutlak. Sekaligus adab hamba pada pencipta. Selain itu, disiplin ini akan melahirkan hal positif bagi diri tiap manusia. Thaharah itu dua dimensi: fisik dan batiniah. Fisik untuk mendapatkan kebersihan tubuh. Baik luar pun dalam. Batiniah untuk kebersihan dalam ranah pikiran, jiwa, dan hati. Bersih milik hamba, suci milik Allah. Bersih adalah ikhtiar, Suci adalah predikat disisi Allah. Jika ada yang mengaku manusia Suci, sungguh Ia telah jatuh dalam dusta yang nyata. Allah lah yang memiliki kesucian, dan menetapkan siapa hamba-Nya yang layak untuk itu.."

Aku suka dengan narasinya. Karena itu kukejar terus ujarnya. Inilah kesempatan terbaikku untuk mengenal hal paling dasar dalam hidupku: tubuh, fikiran, jiwa, dan hati. 

 

#Bersambung

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun