Baca Tulis Qur'an (BTQ) atau lebih sering disebut "Ngaji Sore", rasanya tak pernah luput dari keseharian anak-anak selepas sholat ashar. "Timbang dolanan sing nda jelas mas, yo awak e dewe sebagai wong tuwone mesti mendorong anak-anak gawe ngaji. Ben gedene saget mimpin umat lan keluarga" (Daripada main-main tidak jelas, ya kita sebagai orang tuanya harus mendorong anak-anak buat mengaji. Biar besarnya nanti bisa memimpin umat dan keluarganya sendiri), ungkap salah seorang ibu dari peserta BTQ tersebut.
Program BTQ ini merupakan salah satu program dari kelompok KKN 73 UMM 2019 yang mendapat tugas pengabdian di desa Tanggung, kecamatan Campurdarat , kabupaten Tulungagung. Program kerja BTQ bersifat daily, di mana setiap harinya selepas sholat ashar divisi Pendidikan & Keagamaan kelompok KKN 73 UMM disebar ke beberapa masjid di 2 dusun Desa Tanggung, Tulungagung, untuk membantu dalam mengajarkan anak-anak setempat baca dan tulis al-qur'an.Â
"Selain dituntut mentransfer ilmu, kami juga dituntut untuk ramah dan sayang kepada anak-anak kecil", ungkap Patria sebagai salah satu anggota divisi. Ia melanjutkan dengan bercerita pengalaman dalam menghadapi anak-anak kecil tersebut, "Ada yang semangat buat baca, ada yang ogah-ogahan, ada juga yang disuruh baca malah nangis. Kemarin ada yang harus ditemani ibunya baru mau baca, hehe".
"Ya memang harus diajari mengaji sejak dini. Ini sebagai bagian dari revolusi mental buat tunas-tunas calon penerus bangsa", lanjut Patria mengakhiri pembicaraan senja, di salah satu bagian bumi Tulungagung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H