Mohon tunggu...
Randi S Moeldoko
Randi S Moeldoko Mohon Tunggu... -

Pengrajin barang bekas. bungkusrokok.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Hobi Unik Mengoleksi Bungkus Rokok

10 Februari 2016   11:26 Diperbarui: 10 Februari 2016   11:59 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="bungkus rokok"][/caption]Hobi mengoleksi bungkus rokok memang bagi kebanyakan orang merupakan hobi yang terasa aneh, tetapi nyatanya, ada saja yang menggelutinya. Hal ini sebenarnya wajar, Karena bungkus rokok punya keunikan tersendiri, terlebih beberapa tahun ke belakang ketika belum ada gambar peringatan yang menyeramkan. Maka tak mengherankan jika dalam beberapa tahun ke depan bungkus rokok lawas, terlebih yang punya nama unik dan tak lazim akan menjadi langka dan banyak diburu oleh para kolektor.

Pandu Djajanto, sang kolektor Bungkus Rokok

Nah, salah satu dari sekian banyak kolektor adalah Pandu Djajanto. Tak tanggung-tanggung, Pandu yang mantan Deputi Menteri BUMN Bidang Privatisasi dan Perencanaan Strategis ini sudah mempunyai kebiasaan mengoleksi bungkus rokok sejak tahun 1988. Dia mencari bungkus rokok yang dikoleksinya tanpa pernah membuka isinya. Untuk menjalankan hobinya, tentu ia butuh perjuangan yang tidak ringan, Ia harus mengorbankan waktu, tenaga, dan uang tentunya, untuk memenuhi hasrat kolektornya. Pandu Djajanto kerap harus mencuri waktu untuk berburu di kios-kios rokok di sela-sela kesibukannya.

[caption caption="bungkus rokok"]

[/caption]

Seperti pernah diulas berbagai media, di ruang kerjanya pada 2013, terdapat lima rak yang memajang 83 koleksi bungkus rokok dari berbagai merek. Tak hanya merek terkenal seperti Djarum, Gudang Garam, dan Sampoerna, tetapi juga berbagai merek rokok dari industri kecil dengan nama yang aneh-aneh.

[caption caption="rokok"]

[/caption]

Berkat ketekunannya itu, pernah salah satu koleksinya yang bermerek Retjo Pentung yang ia beli pada tahun 1990 seharga Rp 5.800 ditawar oleh kolektor lainnya seharga lima juta rupiah. Tetapi tawaran tersebut ia tolak, karena pabrik rokok yang memproduksi rokok tersebut telah tutup.

Foto oleh : Eko Susanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun