Mohon tunggu...
Abdul Rahman Sutara
Abdul Rahman Sutara Mohon Tunggu... profesional -

suka membaca, terus suka lupa deh..;))

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Bukan Tempat Menemukan Kebenaran

14 November 2013   12:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:11 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1384407822882051695

Refleksi dari kasus Jilbab Hitam vs Tempo

Foto; TEMPO/ Seto wardhana & Ilustrasi

Beberapa waktu lalu cukup ramai dipergunjingkan tulisan dari akun 'Jilbab Hitam' di Kompasiana yang mengkonstruk sebuah opini provokatif; upaya pemerasan terhadap perusahaan BUMN oleh media ternama (Kini tulisan tersebut sudah diturunkan). Sebagai manusia yang melek media, saya fikir kita tidak perlu memihak opini mana yang benar (Media Pemeras itu atau Perusahaan yang diperas).

Tapi satu hal yang harus kita camkan; 'Justification' informasi dari media tidak pernah bersifat final hanya dalam satu tulisan/pemberitaan bahkan episode saja, Karena sifat media yang bersifat dinamis, maka informasi yang diberikanya akan selalu berubah- ubah sehingga keberadaan informasi tersebut menjadi lebih confirmed, correction dan perivikatif! Sinetron yang dengan puluhan episode saja selalu berotasi peranya dari yang antagonis menjadi protagonist, dan seterusnya.

Apalagi jika menerapkan theory Critical Discourse Analysis (CDA) analisis wacana Norman Fairclough, bahwa wacana (Media) adalah adaptasi realitas yang bersifat 'permukaan' (Ingat; Hanya pemukaan). Untuk mengexplorasi kebenaran inti (subtansialnya) harus dilakukan pendalalaman dengan analisa CDA; sosial, situasional, Institusional. Dengan demikian, media bukanlah ‘tempat dan alat yang baku (mutlak)’ untuk menemukan kebenaran. Karena itu tadi, untuk mencapai sebuah kebenaran yang ‘mendekati akurat’ sebuah wacana paling tidak manusia harus melakukan tiga tahapan CDA prespektif Norman Fairclough. Karena sudah barang tentu, sebuah Informasi yang dipublish pastinya juga dipengaruhi oleh tiga faktor ;

1.Institusional ; Bagaimana sebuah ideology, mainstream pemberitaan, pola manajeman sebuah institusi media ikut merencakanan dan mengkonstruk setiap Informasi yang masuk dan kemudian memilah dan memilih mana yang harus disebarkan. Selama ini, untuk topic- topic politik dan hukum, Tempo memang concern dengan ‘berita- berita opini’ yang diexploratif secara mendalam, bahkan seringkali kita menemukan informasi- informasi yang tidak populer namun memiliki news velue pada berita- berita majalah tersebut Majalah tersebut.

2.Situasional; Hampir mirip dengan Sosial hanya saja ia lebih mikro, dan focus pada sebab Munculnya sebuah informasi, dan Akibatnya Jika Infoprmasi tersebut disebar luaskan. Akibat ini memiliki dua nilai; positif dan negative. Dia bersifat Internal (Media- Publik- Tempo)dan External (Bank Mandiri).

3.Sosial; Adalah sebuah factor analisa yang lebih luas (Makro) lagi dari situasional, biasanya ia meliputi kondisi social- cultural, ekonomi dan politik sebuah kelompok atau  masyarakat. Biasanya sebuah Informasi akan diexpose untuk kepentingan visi yang lebih jauh dan global, dan dampaknya akan dapat dilihat dan dirasakan setelah beberapa waktu, tidak seketika.

Jika cara Norman Fairclough tersebut terasa rumit. make it simple; Ajak (juga) hati Nurani anda memikirkanya, jngan hanya akal dan Nafsu (ego) saja. Ingat Kita (Manusia) hanya punya Hak Subjective saja.

Tulisan ini saya buat, karena saya memang memiliki 'kesan' pada peristiwanya. Saya termasuk orang yang pernah belajar langsung Ilmu jurnalistik dari Mas Bambang Harimurti saat masih dibangku kuliah dulu.Apakah BHM memang sudah berubah jadi "seperti itu"?, mungkin itu bukan urusan saya. Atau anak- anak Tempo seperti itu? juga bukan urusan saya. Yang saya tau BHM Jurnalist senior yang memang handal. Dan yang lebih penting lagi, diera Informasi saat ini, semua kita harus lebih melek lagi dan sadar akan akan keberadaan media. Karena selain Tuhan dan para Malaikatnya.. ternyata masih ada ‘sosok’ lain yang senantiasa memonitor kehidupan ini; Ya, Media-lah yang juga akan selalu ikut 'mengawasi' kita semua, termasuk Kompasiana ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun