Mohon tunggu...
gama putra
gama putra Mohon Tunggu... -

Senang menulis, membaca dan berefleksi, merasa berumah di Kompasiana. Lahir di Yogyakarta. Saat ini tinggal, bekerja dan menuntut ilmu di Hasselt, Belgia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Coklat

29 Desember 2009   23:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berhari hari aku menunggu untuk mengatakan, 'terima kasih sayang!' Kamu membuat aku tumbuh dengan berani. Integral dan padu dalam sikap... layaknya sembul yang muncul dari kuncup yang dulu sesak oleh ragu. Aku akan bawa kamu ke Ibu, karena besok adalah hari ulang tahunnya. Ingin kubawakan ia bukan bunga, tapi kamu, kecantikan yang si buta pun akan terbias haru. Hatimu bukan kontruksi berat yang mesti dipahat, diarti dan diterjemahkan dulu. Hatimu seringan kapas. Bening. Tidak perlu capek menyimpul maksud. Beberapa detik lalu, aku baru tahu kalau hatimu bisa berasa manis dan legit persis coklat. Hhhhmmmm.... Mengecapnya tidak mestilah membuatku malu, atau bodoh, atau pura-pura perkasa. Mengecapnya membawaku pada masa kanak-kanak ketika aku boleh cekikan hingga hohohoho keras-keras, boleh mengejek sejadi-jadinya, dan menangis sampai jenuh.... COKLAT! Rasamu, kureguk banyak-banyak tanpa perlu takut mabuk, keracunan atau gila karena candu. COKLAT! Kuemut, kukunyah hingga bubur, lalu tumpah ke tenggorakan dan jika sesekali keluar lewat sendawa tidak perlu segan karena harumnya pasti wangi. COKLAT! Ah... coklat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun