Desa Karangasem, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan (30/1/2023). Mahasiswa KKN Tim I Undip, Gamaliel Krisnu Ardhana dari Antropologi Sosial memanfaatkan potensi Desa Karangasem, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan dalam sektor budaya dan masyarakat mereka dengan membuat program monodisiplin berupa etnografi visual.Â
Dalam ilmu antropologi, etnografi visual merupakan perpaduan antara etnografi dan fotografi maupun vidiografi. Secara ringkas untuk membedakan etnografi dengan teknik pengumpulan data yang lain, adalah  bahwa  etnografi  tidak  dapat  digunakan  secara  semena-mena  karena  ada  beberapa perbedaan pendapat, misalnya tentang apa yang layak diamati dan apa yang tidak (Atkinson and Hammersley, 1994).Â
Etnografi adalah penelitian khas yang melibatkan etnografer untuk berpartisipasi sebagai  pengamat,  baik secara terang-terangan atau diam-diam untuk mengamati apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Bate, 1997).Â
Dari yang sebelumnya seorang antropolog hanya bisa menuangkan kisah kebudayaan sebuah masyarakat yang dilihat dan diamatinya secara langsung hanya dengan tulisan, seiring berkembangnya zaman antropolog mulai menambahkan fotografi dalam kisah-kisahnya.Â
Kemudian juga semakin kesini semua bisa dirangkum dalam sebuah video yang menggunakan sulih suara maupun subtitle. Jadilah hingga kini etnografi visual menjadi metode antropolog dalam menceritakan kisah masyarakat dan budaya baru yang mereka temui.Â
Pemantauan dan pemotretan untuk etnografi visual dilakukan dari tanggal 3 Januari 2023 hingga 30 Januari 2023 dan dilakukan secara bertahap hari demi hari.
Kebudayaan dalam Desa Karangasem bisa dikatakan sangat kental apalagi berhubungan dengan keagamaan. Melalui lensa kamera kebudayaan, masyarakat nampak jauh lebih memilki makna mendalam daripada ketika kita melihatnya dengan mata telanjang. Seperti dalam acara Nyadran yang rutin dilakukan dalam kurun waktu satu bulan sekali.Â
Nyadran biasa dilakukan secara bergilir di TPU seluruh desa pada pukul 07.00 -- 09.00 pagi. Seperti pengajian juga, pada akhir kegiatan Nyadran setiap warga yang hadir akan mendapat bingkisan makanan.Â
Melalui lensa kamera, nampak lebih detail seberapa menghayatinya mereka melakukan kegiatan Nyadran ini, kegiatan yang sudah sejak dahulu ada dan menjadi kebiasaan tentu menjadikan Nyadran mendarah daging bagi masyarakat Desa Karangasem dan dianggap sebagai bagian dari hidup mereka juga.
Dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat Desa Karangasem, kegiatan ekonomi yang ternyata dilakukan oleh sebagian warganya adalah dengan membuat Cething dari bambu.Â