Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

"Take More Risk and Accept Failure"

29 Maret 2018   09:27 Diperbarui: 9 April 2018   10:33 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sekarang saya akan membahas risiko dalam perspektif perusahaan. Dalam menghadapai risiko berwirausaha, berpikirlah seperti seorang venture capitalist atau investor. Apa yang mereka lakukan? mengidentifikasi peluang yang tepat, mendukung orang yang tepat, dan menemukan cara untuk membantu orang yang tepat membangun bisnis yang tepat. Investor umumnya hanya akan membiayai eksperimen yang terukur dengan jumlah uang yang tidak banyak dan waktu yang relatif singkat untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai. Dengan berpikir sebagai seorang investor, Anda akan mampu naik ke lantai 2, lalu melihat bisnis Anda di lantai 1, sehingga bisa melihat risiko dan peluang dengan lebih luas. Dengan mencoba berpikir sebagai investor, anda akan mendapatkan beberapa keuntungan, diantaranya mengidentifikasi risiko dan peluang yang belum pernah diperhatikan, mendorong pengambilan risiko pada tingkat yang dapat diterima, meningkatkan kepercayaan diri pada stakeholder, dan memudahkan keputusan dalam mengambil peluang,

3. Risiko Utama Wirausaha Sosial

            Pertanyaan selanjutnya apa perbedaan risiko bagi wirausaha konvensional dan wirausaha sosial? Dalam perspektif kewirausahaan sosial, risiko dapat diartikan apa pun yang dapat terjadi, dan jika itu terjadi, dapat memberikan pengaruh positif atau negatif pada kemampuan wirausaha sosial untuk mencapai misinya. Sedangkan, manajemen risiko dalam perspektif kewirausahaan sosial adalah proses yang memampukan wirausaha sosial untuk mengatasi ketidakpastian dengan mengambil langkah proaktif dalam rangka memproteksi aset, sumber daya, social capital, dan social impactnya. Selain hal-hal yang tersebut diatas, wirausaha sosial juga menghadapi 3 tantangan terbesar, antara lain :

Pembiayaan (funding)

Wirausaha sosial dapat berbentuk for profit atau not for profit atau berada di tengah diantara perusahaan konvensional dan organisasi sosial tradisional. Banyak organisasi mampu menghasilkan pendapatan yang cukup melalui penyediaan produk dan jasa yang mampu memberikan dampak sosial ataupun menggunakan model bisnis lain, namun banyak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pembiayaan dengan cara demikian. Oleh karena itu, jika wirasuaha sosial tidak mampu menghasilkan keuntungan yang mampu dibandingkan dengan perusahaan konvensional lainnya dan dianggap cukup bagi para investor, maka mendapatkan pendanaan dari investor menjadi lebih sulit. Untuk mengatasi hal ini, wirausaha sosial harus mengembangkan sektor kewirausahaan setara dengan perusahaan konvensional dan mampu menghasilkan profit  melalui skema impact investment yang dapat berkompetisi dengan perusahaan konvensional lainnya.

Finansial VS sosial

Wirausaha sosial memiliki social value lebih dari sekedar perusahaan komersial, yaitu nilai sosial yang selama ini menjadi motivasi banyak orang menjadi wirausaha sosial. Komponen nilai sosial yang merupakan komponen yang berbeda secara signifikan dengan komponen finansial menjadi hambatan tersendiri para wirausaha sosial untuk mampu mengkomunikasikan misi sosialnya kepada stakeholder di sektor keuangan atau kewirausahaan. Dalam mengatasi risiko ini, wirausaha sosial harus mampu menentukan misi sosial, merumuskan metrik yang digunakan untuk mengevaluasi, dan berfokus pada pencapaian metrik-metrik tersebut. Hal yang tidak kalah penting adalah membangun keseimbangan dalam mencapai financial profit dan social impact.

Konsisten pada misi

Menentukan strategi yang baik untuk wirausaha sosial akan membantu wirausaha sosial mempercepat pencapaian misi. Namun, kita sering kali merasa lebih mudah untuk menghadapi masalah jangka pendek, sehingga tidak fokus pada tujuan jangka panjang dari wirausaha sosial yang kita bangun. Hal ini dapat mengakibatkan merangkaknya misi dan secara tidak disadari dapat mengakibatkan pergeseran nilai sosial yang tentunya tidak diharapkan. Pergeseran atau perubahan dalam misi ataupun nilai sosial dapat menyebabkan melemahnya dampak sosial yang dihasilkan. Oleh karena itu, wirausaha sosial yang sukses akan terus memeriksa strategi dan fokus pada misi.

            Demikianlah risiko - risiko tambahan yang dihadapi oleh wirausaha sosial dibandingkan wirausaha konvensional. Selain punya keberanian mengambil risiko, seorang wirausaha sosial harus punya kecerdasan mengukur dan mengantisipasi risiko spesifik yang dihadapai wirausaha sosial yang mungkin tidak dihadapi wirausaha konvensional pada umumnya. Dalam menghadapi risiko, wirausaha sosial tidak hanya berpikir soal aset dan sumber daya dalam memastikan keberlangsungan bisnis, tetapi juga berpikir soal modal sosial dan dampak sosial dalam memastikan keberlanjutan misi.

“Jangan biarkan rasa takut kehilangan membuatmu berhenti memgambil risiko untuk karya yang menyejarah”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun