Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Build A Succesful Business by Delaying Gratification

28 Maret 2018   14:30 Diperbarui: 9 April 2018   10:34 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : dr. Gamal Albinsaid, M.Biomed

 

 

            “Poor people have big TV at their home, but rich people have big library at their home”. Itulah nasehat dari Jim Rohn yang sedikit menjelaskan apa yang saya bahas kali ini, delaying gratification. Pada tahun 1960an, seorang Profesor di Stanford Univesity,Walter Mischel melakukan penelitian tentang pemenuhan kepuasan yang dikenal dengan The Marshmallow Test. Penelitian ini mengumpulan anak-anak berusia 4 tahun dan mereka disimpan di satu ruangan sendirian dan ditemani oleh 1 buah marshmallow. Kemudian mereka ditinggal selama 15 menit dan diberi tahu jika mereka tidak memakan marshmallow ini selama 20 menit, mereka akan mendapat 2 marshmallow. Hasilnya mengejutkan, hanya 3 anak dari 653 anak yang mampu menahan diri untuk tidak makan marshmallow tersebut. Dua puluh tahun kemudian, Walter Mischel mendata kembali anak-anak yang pernah mengikuti The Marshmallow test dan hasilnya, semakin lama seorang anak mampu menahan diri terhadap marshmallow tersebut, semakin tinggi pula daya konsentrasi dan logikanya. Lahirlah teori Marshmallow.

            Seperti ketika kita berpuasa. Mengapa berbuka puasa lebih lezat dan nikmat dibanding makan malam pada hari-hari biasanya? Karena diawali dengan berpuasa dan menahan diri selama sehari penuh. The longer you wait for something, the more you appreciate it when you get it. Cause anything worth having, is definitely worth waiting. Bagi saya delaying gratification adalah kemampuan mengatur siklus kenyamanan dan ketidaknyamanan untuk bertahan dalam ketidaknyamanan yang lama, sehingga kita bisa merasakan kenyamanan lebih di kemudian hari.

            Saya dibesarkan oleh ayah saya dengan prinsip sederhana ini. Ayah saya adalah pemilik showroom, tetapi ayah saya melatih saya dengan membiarkan saya naik angkutan umum dan sepeda motor, walaupun sangat mudah bagi ayah saya untuk menyiapkan mobil dari puluhan mobil yang dimilikinya. Hal yang sama juga terjadi ketika saya kecil, ayah saya tidak begitu saja membiarkan kami terbuai oleh kesenangan-kesenangan di masa kecil, seperti nitendo, playstation, DVD, dan berbagai hiburan lainnya. Tapi, ayah saya rela menghabiskan uang yang sangat besar untuk sesuatu yang akan mengembangkan kami di kemudian hari seperti pendidikan dan pengalaman. Itulah yang menjadikan kami bersaudara bisa tangguh menahan diri. Saya belajar dari ayah saya, bahwa great investing requires a lot of delayed gratification. Delaying gratification is a process of scheduling the pain and pleasure of life in such a way as to enhance the pleasure by meeting and experiencing the pain first and getting it over with. It is the only decent way to life.

            Seperti bagaimana Pak Siswono Yudohusodo, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (1973-1977), Ketua Persatuan Pengusaha Real Estat Indonesia (1983-1986), sera mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Presiden berpasangan dengan Bapak Amien Rais, dilatih oleh ibunya untuk makan makanan yang paling tidak dia sukai diatas meja. Anda bayangkan, setiap hari seseorang diminta makan-makanan yang paling dia tidak sukai di meja makan, padahal di meja tersaji banyak makanan yang paling dia sukai. Tapi coba pikirkan bagaimana kemampuan delaying gratification dan self control yang dihasilkan. The ability to discipline yourself to delay gratification in short term in order to enjoy great rewards in the longterm is the indispensable prerequisite for success.

            Sekarang bagaimana kita menerapkan konsep delaying gratification dalam wirausaha yang kita kembangkan. Wirausaha yang berhasil adalah orang yang melakukan seusatu yang orang lain tidak mau lakukan untuk mendapatkan sesuatu yang orang lain tidak mampu dapatkan. Dalam pengalaman saya bertemu dengan banyak pengusaha, mereka memiliki keunggulan dalam delaying gratification. Mereka memiliki kemampuan dan intuisi yang sangat tajam untuk melihat apa yang akan lebih baik di masa depan. Sering saya lihat, mereka melakukan delaying gratification untuk mendapatkan imbalan lebih besar nantinya. Sebagai contoh, perusahaan Anda mengalami pertumbuhan yang baik dan Anda bersemangat untuk memiliki kantor baru. Anda bisa langsung melakukannya atau Anda bisa memilih untuk bekerja dengan kantor yang Anda miliki sekarang, menghemat uang, dan berada dalam posisi lebih baik untuk invetasi di masa depan. Contoh berikutnya, Anda bisa menawarkan diskon sekarang untuk mendapatkan dorongan pelanggan yang lebih besar atau Anda bisa mempertahankan harga Anda dan mengambil lebih banyak waktu untuk mendatangkan pelanggan yang tidak memerlukan diskon utnuk membeli layanan atau produk Anda.

            Saya ingin menekankan bahwa delaying gratification ini bukan hanya baik untuk hidup, tapi juga baik untuk bisnis. Dalam bisnis, saya ingin mengatakan bahwa pelajaran besarnya adalah memikirkan gambaran besarnya. Ini tidak selalu tentang apa yang baik hari ini. Ini tentang apa yang baik untuk bisnis Anda dalam jangka panjang. Ini adalah konsep yang mudah dimengerti. Sebagian besar dari kita mengetahuinya. Tapi sulit untuk dipraktikkan. Jika Anda memiliki visi yang jelas untuk masa depan, Anda akan cenderung menunda kepuasan.

            Saya akan coba berikan ilustrasi dengan perbandingan 2 pohon. Pertama adalah Moso Bamboo yang tumbuh di China. Tanaman yang aneh ini memiliki proses pertumbuhan yang menakjubkan yang secara paralel mendekati proses pertumbuhan bisnis kita. Pada awalnya, Bambu Moso mulai beberapa tahun pertama  dengan tumbuhnya akar dasarnya sebelum satu daun pun keluar dari tanah. Dari permukaan tampak tidak ada yang terjadi sama sekali, namun dibawahnya terdapat sistem akar yang ekspansif yang terbentuk dalam persiapan tahap berikutnya dari proses pertumbuhannya. Suatu hari, tiba-tiba, tanaman ini akhirnya memecah permukaan, muncul dengan laju pertumbuhan yang sangat cepat dan hanya dalam beberapa bulan mencapai setinggi 80 kaki. Ada pohon lain yang dikenal dengan Cottenwood Aspen, tumbuh setinggi Bambu Moso tanpa menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menumbuhkan jaringan akar yang luas. Namun sayangnya, Cottenwood Aspen yang tumbuh dengan kecepetan tinggi itu tidak memiliki waktu untuk membangun serat molekul yang kuat. Oleh karena itu, cabangnya mudah putus dan sering kali seluruh pohon jatuh ke tanah. Dari 2 contoh pohon tersebut, mana yang menyerupai cara Anda mengembangkan bisnis? Sudahkan Anda meluangkan waktu untuk membangun pondasi bisnis dengan bahan yang tepat dan urutan yang benar? Ataukah kita terburu-buru menghasilkan uang dengan cepat? Apakah Anda sudah mendapatkan esensi delaying gratification dalam berwirausaha?

            Seringkali kedua cara ini tampak secara menonjol pada karakter pengusaha. Pengusaha yang agresif muncul dengan terburu-buru, tampak megah, namun melawati hal-hal yang penting dan sering akhirnya mudah terjatuh. Pengusaha strategis tumbuh bersabar, tekun dengan tindakan konsisten untuk mengatur setiap hal penting dengan benar, dan membangun integritas untuk mempertahankan hasil. Prinsip dasarnya di sini adalah pilihan antara kepuasan yang tertunda atau kepuasan instan. Sifat dasar manusia memiliki daya tarik yang lebih tinggi terhadap kepuasan instan. Itulah sebabnya mengapa dibutuhkan disiplin untuk melakukan hal yang sebaliknya. Pada saat kita melakukan disiplin, pada dasarnya kita memerintahkan diri kita melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun