Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Generasi yang Dinanti-nanti

7 Maret 2018   17:56 Diperbarui: 10 April 2018   13:37 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penetrasi dunia digital juga mengubah kehidupan kita. Data dari Hootsuite dan We are Social pada Januari 2018 menyatakan bahwa dari 265,4 juta penduduk Indonesia yang 56% berada di kota-kota besar, sebesar 132,7 juta penduduk Indonesia atau sekitar 50% adalah pengguna internet, dan 130 juta diantaranya aktif di media sosial. Bayangkan selama 1 tahun terakhir sejak Januari 2017, pengguna media sosial di Indonesia meningkat sebesar 23% dengan penambahan 24 juta pengguna. Pengguna mobile phone sudah mencapai 91% dan pengguna smart phone semakin menggeliat hingga mencapai angka 60%. Pertanyaannya kemudian, berapa jam yang dihabiskan penduduk Indonesia untuk menggunakan internet dan media sosial setiap hari? Bayangkan 8 jam 51 menit dihabiskan masyarakat Indonesia untuk mengakses internet dan 3 jam 23 menit untuk menggunakan media sosial. Youtube, facebook, whatsapp, instagram, dan line menjadi 5 media sosial yang paling banyak digunakan secara berurutan. Facebook kini digunakan oleh 130 juta penduduk Indonesia, sedangkan Instagram digunakan sebanyak 53 juta penduduk Indonesia. Oleh karena itu, penetrasi dunia digital ini bisa menjadi pisau bermata dua untuk pemuda-pemudi Indonesia, di satu sisi bisa mempercepat perkembangan kapasitas dan kompetensi, di sisi lain bisa mendestruksi karakter, peran, dan fungsi jika tidak dikelola dengan baik.

Fenomena lain yang menjadi pembahasan di berbagai media, kalangan, dan forum adalah bonus demografi, dimana Indonesia akan mengalami peningkatan usia produktif. Bonus demografi ini akan mencapai puncaknya di tahun 2030, dimana 180 juta penduduk Indonesia berada dalam usia produktif dan berbanding dengan 85 juta penduduk usia non produktif. Pada momentum ini, dependency ratio kita menjadi 44%. Momentum ini adalah peluang, namun juga bisa menjadi ancaman jika tidak kita persiapkan dan optimalkan sebagai momentum percepatan. Siapa yang bertanggung jawab? Bukan pemerintah Indonesia, tapi kita semua, termasuk pemuda Indonesia.

Tiga faktor utama yang harus menjadi perhatian dan persiapan kita bersama adalah meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan lapangan kerja. Mengapa demikian? Kita butuh ketiga hal itu untuk memastikan hadirnya produktivitas di momentum ini. Tanpa kesehatan, produktivitas akan hilang, tanpa lapangan kerja produktivitas tak mampu disalurkan, tanpa pendidikan produktivitas akan tak berkualitas. Tingginya usia produktif yang tidak diikuti oleh produktivitas tak akan berarti. Di sisi lain, jika jumlah usia produktif tinggi, tapi tidak diikuti oleh produktivitas yang berkualitas juga tidak memiliki dampak yang signifikan.

Tantangan pemuda dalam momentum bonus demografi yang harus kita sadari bersama adalah pemahaman bahwa rendahnya kualitas pendidikan dan tidak berimbangnya komposisi kemampuan dengan kebutuhan lapangan kerja akan berimplikasi pada tingginya pengangguran pada pemuda. Dengan kata lain, ketidakmampuan sistem pendidikan kita untuk mempersiapkan pemuda bersaing di pasar atau masuk ke lapangan kerja dan keterbatasan dari ketersediaan lapangan kerja akan menjadi 2 barrier besar yang menghambat kita lari cepat dalam momentum bonus demografi. Inilah ancaman kita dalam era bonus demografi.

Ketidaksiapan jumlah lapangan kerja dan rendahnya kualitas para pekerja akan memberikan banyak pengaruh sosial dan ekonomi yang muncul sebagai akibatnya, yaitu penurunan produktivitas dan rendahnya pendapatan yang pada fase selanjutnya akan meningkatkan kriminalitas dan konflik sebagai akibat ketidakadilan sosial. Jika tidak waspada, kita akan mengubah bonus demografi menjadi bencana demografi. Maka dari itu, upaya-upaya strategis dalam rangka pembukaan lapangan kerja pemuda secara massive dan peningkatan sistem pendidikan yang berorientasi pada penyiapan pemuda masuk ke dalam pasar dan dunia kerja adalah pekerjaan rumah besar yang harus kita selesaikan bersama-sama dalam menyambut bonus demografi. Proses integrasi dan penjembatanan antara edukasi dan pekerjaan adalah objek strategis yang harus segera kita tuntaskan.

Lebih dari sekedar bonus demografi, hadirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah memberikan peluang sekaligus tantangan besar bagi pemuda kita saat ini dimana kapasitas intelektualitas dan kapabilitas kerja menjadi kunci keberhasilan. Jika kita punya daya saing dan kapasitas yang kuat, maka itu adalah peluang kita melebarkan sayap, memembsarkan pasar, dan meluaskan daya jangkau kita. Namun, jika pemuda Indonesia tidak diberikan iklim yang subur maka akan memberikan dampak berupa ketidakmampuan pemuda kita dalam persaingan MEA dan pada saat yang sama pemuda – pemuda kita akan kehilangan berbagai peluang di era MEA dan globalisasi ini.

Pemerintah perlu menjadikan pemuda sebagai prioritas dalam pembangunan untuk mendorong peningkatan kapasitas, karakter, kompetensi, dan menjadikan pemuda kita kompetitif. Karena kita pemuda Indonesia adalah masa depan Indonesia. Kita harus optimis dan percaya diri bahwa bonus demografi adalah peluang besar kita untuk mengejar ketertinggalan. Ini saatnya kita sprint. Ini adalah panen raya kita. Upaya mendorong wirausaha sosial dari kalangan pemuda juga merupakan strategi akumulatif dalam memberikan percepatan pertumbuhan ekonomi dan sosial bangsa. Kita harapkan pada akhirnya, peningkatan kapasitas pemuda ini akan memberikan kekuatan daya saing global melalui peningkatan Youth Development Index kita dan memampukan kita melakukan lompatan peradaban.

Inilah momentum kita, era kita, saatnya kita mengejar ketertinggalan, menciptakan lompatan kesejahteraan untuk generasi setelah kita. Kita harus siapkan pendidikan, pastikan kesehatan, buka lapangan kerja, dan pacu daya saing pemuda kita. Ini adalah saatnya kita memanfaatkan bonus demografi, bersaing dalam MEA, dan menjadikan pemuda kita sebagai tonggak dalam percepatan pembangunan bangsa.

“You can tell the condition of a nation by looking a the status of its youth”

(dr. Gamal Albinsaid)

Generasi Wirausaha Sosial untuk Percepatan yang Akseleratif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun