Mohon tunggu...
Money Pilihan

Pancasila Market Ekonomi, Jangan Preteli Pancasila

7 Maret 2018   14:02 Diperbarui: 10 April 2018   13:32 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar 1. Diskusi konsep Pancasila Market Economy bersama Eyang Habibie

Oleh : dr. Gamal Albinsaid, M.Biomed

Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi perjalanan saya dalam sebuah pencarian maklumat untuk ekonomi yang berkeadilan. Saya berusaha mencari falsafah yang mampu mempertemukan konsep wirausaha sosial dengan nilai-nilai kebangsaan. Saya menemukan benang merah pembangunan ekonomi kebangsaan yang merupakan manifestasi wirausaha sosial dalam falsafah ekonomi berbangsa. Gagasan ini saya temukan setelah berdiskusi dengan tokoh bangsa dan menghabiskan banyak waktu untuk memahami konsep dari arahan dan nasehat beliau.

Empat belas tahun lalu, dalam kelas bahasa inggris ketika saya bersekolah di SMP Negeri 3 Malang, pernah guru bahasa inggris saya menanyakan siapa tokoh yang paling saya kagumi. Dengan penuh kebanggaan saya jawab Pak Habibie. Ada 4 hal yang menjadikan saya begitu mengagumi sosok Eyang B.J. Habibie, antara lain, kemampuan intelektualitasnya yang memiliki daya saing global, ketulusan cintanya yang begitu mendalam kepada Indonesia, spiritualitas yang menjadi dasar berpijak dan bergerak, dan yang keempat kemampuannya membangun harmoni keluarga dan jiwa pengabdiannya.

Mengejar kekuasaan itu sulit, tapi lebih sulit lagi meninggalkan kekuasaan. Kebanyakan politisi berambisi mengejar kekuasaan dan begitu berat sekali melepaskan kekuasaan. Namun, kekuasaan menghampiri Pak Habibie dengan mudahnya dan beliau lepaskan dengan mudahnya, tanpa beban dan dengan penuh keikhlasan. Beliau benar-benar menunjukkan sebuah prinsip yang saya dapatkan dari Profesor saya 7 tahun lalu, “If you get scientific position, it’s easy for you to get political position”. Pak Habibie pun pada saat itu mengatakan kepada kami bahwa “I am survive in politic, but I’m not a politician. I am a technocrat”. Sebagaimana Ibu Ainun pernah menyampaikan bahwa service terbesar beliau untuk Indonesia itu memastikan Pak Habibie menjadi teknokrat, menjadi orang yang berguna. Itu semua menjadikan saya mengagumi karakter, sosok, dan yang paling penting saya mengikuti serta meyakini gagasan – gagasan kebangsaan beliau yang visioner.

Dalam kesempatan silaturahim dengan beliau, saya menanyakan soal bagaimana menyelesaikan masalah kesenjangan di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun, hingga menghantarkan kesenjangan kita terbesar ke 4 di dunia dengan koefisien gini 0,393. Tidak sampai disitu, Bank Dunia angkat bicara bahwa 61% masyarakat kita memilih pertumbuhan ekonomi yang melambat asalkan kesenjangan juga menurun. Bayangkan tahun 2016 kekayaan 4 orang terkaya di Indonesia sama dengan kekayaan 100 juta penduduk Indonesia.

Dari diskusi panjang dengan beliau, beliau menyajikan pemikiran yang mangajak rejuvenasi pemikiran ekonomi bangsa dengan menghadirkan jawaban dari berbagai kesenjangan dan permasalahan ekonomi yang ada melalui Pancasila Market Economy (PME), yaitu Ekonomi Pancasila yang berorientasi pada pasar. Kemudian, saya sengaja menghabiskan hari demi hari untuk memahami dan menerjemahkan prinsip Pancasila Market Economy dalam perspektif saya sesuai arahan Eyang Habibie. Izinkan saya membahasanya pada kesempatan kali ini.

Pancasila Market Economy ini penting karena diharapkan mampu membangun kesadaran baru, paradigma baru, dan sistem ekonomi baru yang hadir untuk melawan ketidakadilan ekonomi dan kesenjangan yang semakin merajalela dan menjajah keadilan sosial di Indonesia. Selama ini, kita telah mengasingkan Pancasila dalam sistem ekonomi kita, kita terjebak menjadikan Pancasila dalam slogan politik, orasi politik, dan kepentingan politik. Kita terlalu sering mengatakan Pancasila dalam lisan kita, tapi kita tidak meneladankan dalam kerja – kerja kita.

Melalui Pancasila Market Economy, perusahaan yang pro-rakyat akan tumbuh dan perusahaan yang tidak pro-rakyat akan jatuh. Market oriented itu akan menjadikan perusahaan-perusahaan tumbuh dan membangun keberpihakan sosial bukan karena peraturan, tapi karena kebutuhan pasar. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan akan menyesuaikan value yang ada dengan value yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Perusahaan tidak lagi hanya berpikir soal profit, tapi juga berpikir soal peran dalam pembangunan sosial di masyarakat.

Pancasila Market Economy ini harus mampu memberikan kesejahteraan dan keadilan di masyarakat. Pancasila Market Economy akan menjadikan tumbuhnya tanggung jawab masyarakat yang beruntung dan sukses untuk membiayai masyarakat yang belum beruntung. Eyang Habibie mencontohkan dengan menanyakan kepada saya mengapa saya mengembangkan Indonesia Medika, kemudian beliau melanjutkan “Why? Because you are not blind. You care about them is the beginning of everything”.

Pancasila Market Economy dalam perpektif Ketuhanan Yang Maha Esa menghadirkan sebuah pemahaman bahwa sumber daya dipandang sebagai pemberian Tuhan yang harus dimanfaatkan untuk kehidupan orang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun