Mohon tunggu...
Gamal. S Komandoko
Gamal. S Komandoko Mohon Tunggu... -

Hanyalah seseorang yang ingin menggunakan bakat menulis yang dikaruniakan Tuhan untuk menjemput rezeki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Foodie

RW Pun Disate!

29 November 2012   04:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:30 1642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Jangan terlalu berprasangka jauh terlebih dulu, orang-orang di Solo dan Jogja telah begitu sadis hingga (Pak/Bu) RW disate! Istilah 'sate RW' ini merujuk pada jenis makanan yang banyak dijajakan di warung-warung kecil pinggir jalan. Istilah itu untuk sate (maaf) anjing!

Sate RW ini punya banyak pelanggan. Ini bisa disaksikan di warung-warung yang menjadikan daging anjing selaku menu utama untuk disate atau untuk dijadikan tongseng itu. Tidak hanya mereka yang berasal dari kalangan bawah, mereka yang berasal dari kalangan atas pun bisa jadi menggemarinya. Memang belum ada survey yang menyatakan prosentase penggemar daging yang konon bisa menjadi obat untuk 'menghangatkan badan' itu jika ditinjau dari kelompok strata masyarakat. Namun, kian tumbuhnya warung-warung penjualan daging RW di Jogjakarta dan Solo seakan menjadi bukti, sate RW ini memang punya banyak penggemar. Entah karena rasanya, khasiatnya, atau juga harganya yang terbilang murah. Konon kabarnya di daerah Jogjakarta, seporsi sate RW ini dijual antara Rp. 7.000,- hingga Rp. 8.000,-

Namun bagi Anda yang beragama Islam, hendaklah berhati-hati untuk mengonsumsinya. Mayoritas ulama mengharamkan untuk memakan daging RW ini. Salah satu dalil yang dijadikan pelarangan pengonsumsian daging anjing itu adalah hadits dari Abu Mas'ud Al-Anshari ra. dimana Rasulullah Saw telah melarang hasil dari penjualan anjing, hasil pelacuran, dan hasil perdukunan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Secara pribadi,  saya mempunyai pengalaman unik dengan sate RW ini. Salah satu warung penjual sate di jalan Wates, Jogjakarta, pernah saya datangi. Saya hanya mengandalkan rasa ketertarikan saya untuk mencoba, mengingat banyaknya orang yang makan di tempat itu. Tanpa saya ketahui jika bahan daging untuk sate itu berasal dari 'RW', mengingat tidak adanya 'papan pengumuman' padanya. Bisa jadi, ibu penjual itu melihat tanda-tanda keislaman pada diri saya, sehingga ibu penjual menolak keinginan saya dengan halus. "Maaf, Mas, di sini jual daging RW. Mungkin lebih tepat untuk Mas makan sate di depan itu."
Sebuah pengalaman unik itu saya tulis di sini, terutama bagi Anda yang kebetulan berkunjung ke Jogja dan ingin menikmati makanan daerah, hendaklah berhati-hati dan teliti. Terutama bagi Anda yang muslim. Jangan sampai karena ketidaktahuan Anda itu berakibat Anda mengonsumsi daging yang telah diharamkan mayoritas ulama tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun