Mohon tunggu...
Jeremy Gemarista
Jeremy Gemarista Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hingga saat ini masih menjadi karyawan di sebuah bank BUMN; Tertarik untuk mendalami penulisan tentang human interest dan creative writing; Tempat untuk latihan menulis dapat dilihat di www,galursoleil.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjelajahi Hutan Tikbrasara

10 Juli 2012   14:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kabut yang menyelimuti hutan ini akan sangatlah sulit untuk menemukan jalanmu di antara pepohonan raksasa yang menjulang tinggi ke angkasa. Bermukim pun bukan pilihan yang bijak karena ketika malam tiba binatang buas yang pada siang hari bermalas-malasan pun akan menjadi semakin ganas dan mengincar dirimu. Karena itu apakah sebenarnya yang hendak dicari oleh seorang pria bangsawan bertubuh tegap ini ketika memasuki sebuah hutan bernama Hutan Tikbrasara yang beralamat di lereng Gunung Reksamuka?

Apabila kamu penasaran atau ingin bertegur sapa dengan hutan ini saran saya biarkanlah rasa penasaran itu bersemayam dalam hatimu. Karena mencari Hutan Tikbrasara di peta dunia akan menjadi sebuah pekerjaan yang sia-sia belaka. Hutan yang dimaksud disini hanya akan dapat kamu temukan di dunia para Pandawa dan Kurawa berada, khususnya di kisah pertemuan Bima dengan Dewaruci.

Kisah ini bermula dari ketika Guru Durna memerintahkan Bima untuk mencari air suci Prawitasari yang merupakan inti dari ilmu pengetahuan spiritual. Bima yang dinilai telah berhasil didalam mengemban berbagai tugas keduniawian dianggap sudah saatnya untuk mendapatkan tataran ilmu yang lebih tinggi lagi dan sebagai seorang murid Bima pun menyanggupi perintah gurunya tersebut.

Tempat pertama yang didatangi Bima dalam pencariannya tersebut adalah sebuah hutan menyeramkan yang bernama Hutan Tikbrasara. Di dalam kisah tersebut hutan ini digambarkan sebagai suatu tempat yang amat menyeramkan dimana bahaya silih berganti mengancam dan maut selalu menanti dari setiap balik dedaunan. Bahkan bagi seorang Bima sekalipun hutan ini bukanlah sebuah tempat yang nyaman.

Hutan Tikbrasara adalah analogi yang diciptakan untuk menggambarkan salah satu sisi dari kehidupan manusia. Dalam ruang lingkup geografis kita tidak akan dapat menemukannya, karena hanya melalui sebuah peta spiritualisme-lah kita akan dapat bertemu dengan hutan ini. Tikbra dapat diartikan sebagai prihatin, sedangkan sara dapat juga berarti tajam. Yang dapat diartikan sebagai sebuah pelajaran untuk mencapai cipta atau visualisasi yang tajam terhadap kehidupan yang dialami oleh setiap manusia.

Melalui kisah ini digambarkan bahwa kehidupan adalah layaknya hutan yang gelap, lebat, serta dipenuhi oleh segala macam binatang buas. Dengan segala marabahaya yang berada di dalam hutan yang gelap ini manusia akan sukar untuk melewatinya dan hanya akan berpikir untuk bertahan hidup bagaimanapun caranya. Tetapi, bagi mereka yang mau belajar dari hutan ini dan hidup dengan rasa prihatin akan memiliki kesempatan untuk melihat kehidupan yang mereka jalani dengan lebih tajam dan jelas.

Setiap manusia pada saat ini sedang menjelajahi Hutan Tikbrasara mereka masing-masing. Setiap pohon, tanah, dan binatang buas yang tinggal di hutan tersebut pun memiliki keunikan sesuai dengan kehidupan manusia tersebut. Karena hutan ini adalah milik setiap manusia itu sendiri maka mereka pun diberikan kebebasan untuk memilih cara dalam menjelajahinya. Apakah mereka akan menjadi musuh dari hutan ini dan memilih untuk bertahan hidup di sebuah belantara yang ganas. Ataukah mereka memilih untuk menghargai dan menghormati kearifan dari hutan yang agung ini, sehingga mereka dapat belajar dari setiap elemen yang terdapat dari sebuah hutan bernama Hutan Tikbrasara.

Tulisan dapat juga dilihat di galursoleil.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun