Mohon tunggu...
Galuh Trianingsih Lazuardi
Galuh Trianingsih Lazuardi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Forza Lazio!\r\n\r\nhttp://galuhtrianingsihlazuardi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Laki-laki Pemimpin yang Perkasa, Mitos yang Wajib Dilestarikan

26 April 2012   20:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:04 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335471067572379476

oleh Galuh Trianingsih Lazuardi © 2012 [caption id="attachment_184467" align="alignleft" width="300" caption="gambar dari: www.dreamstime.com"][/caption] Perempuan itu mahluk lemah, rentan dan oleh karena itu harus dilindungi oleh kaum laki-laki. Maka laki-laki pun akan membawakan barang bawaan perempuan yang berat-berat, memberikan tempat duduknya buat perempuan di kendaraan umum, membukakan pintu, memberikan prioritas dalam antrean, membantu mendorong kendaraan perempuan yang mogok atau menggantikan ban bocor dan sejenisnya. Laki-laki semacam itu akan mendapat predikat laki-laki yang “gentleman”. Betulkah laki-laki lebih kuat dan perkasa daripada perempuan? Marilah kita lihat fakta berikut ini: 1. Perempuan mengandung anak selama sekitar sembilan bulan dan melahirkan anak-anaknya. Ini membutuhkan energi yang luar biasa besar. Laki-laki tak pernah mengalami ini. Dan toh rata-rata perempuan mengandung dan melahirkan anak lebih dari sekali dalam hidupnya. Maka, apakah perempuan bukan mahluk yang kuat dan perkasa? 2. Dalam aktivitas seksual, pencapaian orgasme membutuhkan energi yang besar. Laki-laki tidak akan pernah mengalami apa yang dinamakan sebagai “multiple orgasms”, tetapi perempuan mampu mengalaminya. Secara umum, energi seksual perempuan jauh lebih besar daripada laki-laki, sampai-sampai ada pameo yang mengatakan bahwa, “perempuan selalu bisa walaupun tidak selalu mau, laki-laki selalu mau walaupun tidak selalu bisa.” Maka, apakah laki-laki lebih kuat dan perkasa dibandingkan perempuan? 3. Kalau masih belum yakin, marilah kita tengok angka pengharapan hidup rata-rata. Di mana pun, angka pengharapan hidup perempuan selalu lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut PBB, angka pengharapan hidup dunia tahun 2011 adalah 64,52 tahun untuk laki-laki dan 68,76 tahun untuk perempuan. Yang tertinggi adalah negara Monako, angkanya 85,77 tahun untuk laki-laki dan 93,84 tahun untuk perempuan. Yang terendah adalah negara Swaziland, 31,62 tahun untuk laki-laki dan 32,15 untuk perempuan. Angka rata-rata pengharapan hidup Indonesia berada di urutan 137 yaitu 68,26 tahun untuk laki-laki dan 73,38 tahun untuk perempuan. Tidak heran, jumlah perempuan di dunia ini lebih banyak daripada laki-laki karena perempuan lebih panjang umur. Lalu, masihkah Anda berpendapat bahwa laki-laki lebih kuat daripada perempuan? Anggapan superioritas kekuatan fisik laki-laki terhadap perempuan ternyata hanyalah mitos belaka. Mengapa mitos ini lestari, terus saja dipercaya dari zaman ke zaman? Perempuan tidak mempermaslahkan mitos ini. Apa salahnya memberikan kepuasan bagi laki-laki dengan memberikan predikat “laki-laki mahluk yang lebih kuat daripada perempuan”? Predikat itu tidak berarti bagi perempuan, karena dengan mitos tersebut akan membuat hidup perempuan lebih nyaman: dibawakan barang bawaannya, dibukakan pintu, mendapatkan tempat duduk di kendaraan umum, lebih cepat dalam antrean, didahulukan dalam aktivitas. Sementara laki-laki rela menjadi pembawa barang, berdiri di angkutan umum, menjadi pembuka pintu, menjadi tukang dorong mobil perempuan atau tukang ban dan dinomorduakan dalam banyak aktivitas. Semuanya demi memperoleh anggapan sebagai mahluk yang kuat dan superior. Laki-laki Sebagai Pemimpin Ini kelanjutan dari mitos perkasa tadi. Saat memasuki mahligai rumah tangga, maka laki-laki adalah kepala dan pemimpin rumah tangga. Dan dengan predikat pemimpin ini maka laki-laki akan bekerja banting-tulang, lembur bahkan korupsi untuk memenuhi nafkah keluarga dan memanjakan perempuan, isterinya. Perempuan tidak memerlukan predikat ini. Apa salahnya memberikan predikat pemimpin kepada laki-laki kalau hasilnya adalah kenyamanan, tidak perlu bekerja mencari uang. Akhir bulan tinggal, “Pah, mana gajinya?” Apakah dengan segala pengorbanannya tadi, laki-laki benar-benar menjadi pemimpin rumah tangga? Dari pengamatan saya, ternyata keputusan-keputusan besar dalam hal finansial, pendidikan anak dan sebagainya, isteri lebih dominan. Bahkan sebagian besar isteri mengatur suami, dan sebagian besar suami takut isteri. Pemimpin? Ya, tetapi itu hanya terlihat tercetak di Kartu Keluarga. Siapa Lebih Pintar? Mitos-mitos keperkasaan laki-laki dan laki-laki sebagai pemimpin, terus saja langgeng hingga kini. Mengapa? Karena perempuan dengan cerdik melestarikan mitos-mitos tersebut, karena dalam banyak hal akan menguntungkan perempuan. Laki-laki sudah cukup puas dengan predikat artifisial sebagai perkasa dan pemimpin sementara perempuan berpikir lebih pragmatis. Maka, sesungguhnya, pertanyaannya bukan lagi, “Siapa yang lebih perkasa, laki-laki atau perempuan?” tetapi yang lebih relevan adalah, “Siapa yang lebih pintar, laki-laki atau perempuan?” Hehehe.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun