Â
Saat ini perkembangan teknologi sangatlah maju, seiring dengan perkembangan zaman, maka teknologi pun juga berkembang, yang mana sudah banyak penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi yang dapat membantu meringankan beberapa pekerjaan begitu pun dalam bidang pertanian. Dengan berkembangnya teknologi pada saat ini sudah tentunya membuat beberapa teknologi tradisional tidak lagi digunakan dengan beberapa alasan salah satunya teknologi tradisional tidak lagi efisien jika dilakukan pada zaman sekarang. Untuk membantu meringankan pekerjaan para petani sudah tentunya membutuhkan teknologi baik teknologi tradisional maupun modern. Namun saat ini teknologi pertanian sudah berkembang yang dapat membantu meringankan para petani. Khusunya dalam pengolahan hasil panen.  Namun, berbeda dengan Kampung Talang. Kampung Talang merupakan salah satu kampung tradisional yang ada di Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Di kampung tersebut hampir seluruh petani kelapa masih menggunakan teknologi tradisional yang bernama "LANGKO" Yang merupakan salah satu teknologi tradisional yang masih digunakan oleh para petani kelapa di Kampung Talang. Langko merupakan sebuah bangunan kayu tempat pengeringan  kelapa yang akan di olah menjadi kopra. Yang berfungsi untuk mempersingkat waktu pengeringan kelapa.
   Salah seorang petani kelapa  yang memiliki bangunan Langko ini bernama Pak Suwaji. Ia memiliki Langko ini sudah sejak tahun 2012 yang mana bangunan langko miliknya merupakan peninggalan dari orang tuanya yang terus ia rawat dan perbaiki jika ada kerusakan. Langko ini berfungsi untuk mengeringkan kelapa hasil panen miliknya. Ia menjelaskan bahwa  Kelapa yang dapat dikeringkan dalam Langko ini yaitu kelapa yang sudah dikupas. Proses dari pengeringan kelapa menggunakan langko ini ialah pertama kelapa dipisahkan atau dikupas dari sabutnya, kemudian kelapa dimasukkan kedalam langko tersebut, lalu sabut kelapanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pengeringan kelapa tersebut dan dibakar sampai menjadi bara api di bawah langko tersebut. Proses pembakaran memakan waktu sekitar 4-5 jam untuk kering. Setelah kering daging kelapanya dipisahkan dari batoknya dengan cara di cungkil. Kemudian daging kelapanya kembali dikeringkan hingga menjadi kopra.
   Untuk harga kopra ini mengikuti harga kelapa dipasaran, untuk harga kopra per 1 kg Rp 500. Untuk harga kelapa perbijinya Rp 1.000-2.500. untuk saat ini banyak petani yang memilih menjual kelapa bulat Karena lebih menguntungkan daripada harus mengolahnya menjadi kopra terlebih dahulu. Ini lah yang menjadi tantangan bagi Pak Suwaji untuk mempertahankan teknologi tradisional langko ini. Menurutnya bangunan ini sudah jarang digunakan lagi karena turunnya harga jual kopra. Tapi untuk tetap mempertahankan bangunan ini agar tidak rusak pak suwaji mengalih fungsikan bangunan langko ini yang awalnya untuk pengeringan kelapa sekarang digunakan untuk pengeringan pinang.
   Selain untuk mengeringkan kelapa miliknya terkadang pak Suwaji menyewakannya untuk para petani kelapa yang tidak memiliki bangunan langko ini.
   Ketahanan dari bangunan ini tergantung dari bahan baku yang digunakan dalam pembangunan atau jenis kayu yang digunakan, bangunan ini dapat bertahan selama 15 tahun jika bahan baku yang digunakan dari jenis kayu yang baik. saat ini  bangunan langko  sudah banyak tidak digunakan bahkan ada yang dibiarkan rusak oleh pemiliknya. Namun Pak Suwaji akan tetap mempertahankan bangunan langko miliknya dengan alasan untuk melestarikan teknologi tradisional yang dimilikinya. Ia akan selalu merenovasi bangunan langko miliknya.
    Bentuk dari bangunan Langko ini seperti rumah setengah jadi  namun dengan tiang yang cukup tinggi jarak antara lantai dengan permukaan tanah juga cukup jauh. Dibagian depannya terdapat sebuah corong yang digunakan untuk mempermudah memasukkan kelapa yang sudah kering ke dalam karung. Luas bangunanya 5 m persegi. Bangunan langko milik pak suwaji ini dapat menampung sekitar 5.000 kelapa dan untuk pinang dapat menampung sekitar 80 karung.
  Selain dari bangunan langko ini ada beberapa alat yang digunakan dalam proses pengeringan ini yaitu pertama Tojok yang digunakan untuk mengambil kelapa dari tanah dan dimasukkan ke dalam lanjung. Kedua Lanjung merupakan sebuah keranjang yang digunakan untuk membawa kelapa yang akan dikupas dari kebun ke halaman bangunan langko dan untuk membawa kelapa yang sudah dikupas naik ke dalam bangunan langko. Dan terakhir Sulak yaitu alat yang digunakan untuk mengupas kelapa atau memisahkan kelapa dari sabutnya.
   Beberapa alat tradisional di atas dapat membuktikan bahwa masyarakat Kampung Talang masih menggunakan teknologi tradisional yang ada. Dan akan tetap melestarikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H