Mohon tunggu...
Galuh K Hapsari
Galuh K Hapsari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Buddhi Dharma, Tangerang.

Dosen Ilmu Komunikasi dan Dosen Bahasa Belanda

Selanjutnya

Tutup

Worklife

"Happy Lecturing"

12 Februari 2019   01:13 Diperbarui: 12 Februari 2019   01:17 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hai sobatku! Salam Kompasiana.......

Senang banget bisa ngeblog di Kompasiana ( bisa ada waktu luang mumpung libur ngajar), yang dulunya cuma nulis di wordpress dari umur 25 tahun , link . Sekarang bisa di sini.

Intro dulu ya..... 

Saya adalah seorang dosen muda (asli muda kadang minder sama dosen senior), yang mengajar Ilmu Komunikasi di sebuah universitas di Tangerang.  Saya sudah mengajar selama 2 tahun, sekarang udah menjadi Asisten Ahli, dan juga freelance di sebuah konsultang marketing communication.  

Saya gak pernah kebayang lho untuk jadi dosen sampain teman-teman saya di kantor kaget " kok lo bisa sih jadi dosen?". Iya bisalah, otodidak. Nah itu dia, ternyata bisa ya jadi dosen otodidak. dan karena jadi dosen-lah saya tahu arti micro teaching. I swear!!!. 

Jadi saya dulu tahun 2016 itu masih jadi wanita karir, ngantor di gedung elit di Sudirman, jadi seorang Secretary CEO. Dan to be honest soal salary jauh sih sama Dosen (duh! maaf ya buat teman-teman dosen). Jadi salary saya otomatis dobel, dan dobel juga pekerjaannya. 

Ngurusin kerjaan kantor dan mengajar. Dan saya kira saya adalah tough woman untuk bolak-balik Jakarta-Tangerang naik commuterline, eh ternyata gak juga. Jadi keputusannya haruslah merelekan satu pekerjaan saya, alias resign.

Adalah sangat berat ketika mau resign, tapi mikirnya salary. Karena otomatis salary saya akan setengahnya ketika menjadi dosen. Hmm..mungkin ada ya berkurang 50%.  Orang tua bilang, kalau kamu mikirnya hanya salary kerja kamu gak akan happy.  Mengajar itu kan ibadah, amanah, pahala" . 

 Kata-kata orangtua makjleb banget gak hanya ke hati tapi ke otak. Iya bener banget!. akhirnya di bulan November tahun 2016, ketika saya masih kerja 6 bulan, saya putuskan resign. Waktu itu saya masih ngajar 1 bulan (jadi selama seminggu kerja,  saya off dihari Kamis untuk mengajar) dan bulan berikutnya akhirnya saya menerima salary yang pure dari mengajar. 

Ternyata salary yang rendah mempengaruhi performa kerja. Saya dulu gak percaya, lha saya dulu kerja pindah-pindah hanya Secretary dengan gaji diatas 5 juta (tidak lebih dari 10 juta juga sih, ha..ha), gak pernah  merasakan mengajar. Jadi sekarang saya tahu perasaannya GURU-GURU HONORER DI INDONESIA, ketika salary mereka rendah jauh dari UMR, dibayarnya juga telat, kebutuhan hidup  untuk keluarga pun meningkat, dan salary mereka harus mencukupi kebutuhan  sehari-hari. 

Tapi setelah saya jalani selama setahun, memang ada kenaikan salary untuk dosen, dan memang lebih terasa happy. Akhirnya saya dapat salary tetap, tidak di gaji hanya saat mengajar saja, jadi sudah full payment.  Beban kerja tidak seberat kerja kantoran. Stress-nya gak bikin kepala mendidih, kadang mau marah karena dimarahin atasan atau rekan sekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun