Kawasan urban dapat diartikan sebagai kawasan yang memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki basis ekonomi yang kuat yang berasal dari berbagai jenis aktivitas bisnis maupun jasa, jaringan transportasi yang kuat yang digunakan sebagai pintu masuk ke area lain, memiliki populasi yang signifikan dengan tenaga kerja yang melakukan perjalanan bolak-balik dari berbagai area pendukung (Edwards, et al., 2008).Â
Ibukota yang umumnya merupakan kawasan urban sering menjadi destinasi utama dan paling terkenal bagi wisatawan mancanegara seperti contohnya Paris yang merupakan destinasi utama Perancis, London sebagai destinasi utama di Inggris, Roma yang merupakan ibukota Italia, dll.Â
Di kawasan urban inilah biasanya terdapat landmark suatu negara yang menarik datangnya wisatawan dan pariwisata berkontribusi besar terhadap ekonomi kawasan urban ini, meskipun begitu gagasan pariwisata berkelanjutan seringkali diabaikan untuk daerah kota dan wilayah urban (Timur & Getz, 2008).
tourism (pariwisata berkelanjutan) sampai saat ini masih hanya berfokus pada kawasan wisata alam dan konservasi padahal sebagian besar populasi menempati kawasan urban serta sebagian besar aktivitas pariwisata berlangsung di kawasan perkotaan (Edwards, et al., 2008). Pertumbuhan pariwisata yang pesat di wilayah urban ini menghadapi berbagai tantangan seperti perlindungan lingkungan, pelestarian situs warisan budaya, pelestarian nilai-nilai budaya, dan kualitas hidup masyarakat di dalamnya (Timur & Getz, 2008). Oleh karena itu konsep keberlanjutan menjadi konsep yang seharusnya diaplikasikan di dalam urban tourism dan tidak hanya menjadi bagian dari salah satu bentuk alternative tourism.
Pengembangan sustainable
Agar pendekatan konsep keberlanjutan pada urban tourism dapat berjalan dengan baik, perlu partisipasi dari pelaku pariwisata baik pemerintah, swasta maupun wisatawan itu sendiri. Wisatawan juga dapat berpartisipasi dalam konsep urban sustainable tourism ini dengan berperilaku ramah lingkungan saat berwisata, seperti recycling, green transport, green energy use, and green consumption yang diterapkan di Melbourne, Australia. Melbourne adalah salah satu kota di dunia yang memiliki label "eco-city" yaitu konsep pembangunan kota yang seimbang dengan alam. Melbourne eco-city memiliki tujuan untuk menjadi salah satu kota di dunia yang paling berkelanjutan di tahun 2020, dengan nol emisi (Miller, et al., 2014). Kota Melbourne merupakan salah satu destinasi penting di Australia dan diakui sebagai cultural urban tourism destination dengan atraksinya yang terkenal yaitu fine dining, belanja, acara seni budaya dan museum, dan event olahraga (Miller, et al., 2014).
Melbourne mengadopsi label "eco-city" di tahun 2003 dan sejak saat itu kampanye keberlanjutan mulai digalakkan oleh pemerintah kota diiringi dengan pembangunan fasilitas yang mendukung keberlanjutan. Salah satunya adalah transportasi yang ramah lingkungan. Melbourne adalah kota yang sangat mendukung wisatawannya untk berjalan kaki menikmati kota dengan jalan yang pedestrian-friendly serta memiliki aplikasi self-guided walks untuk memudahkan wisatawan yang ingin berkeliling dengan berjalan kaki. Lebih dari 600 sepeda juga tersedia di 50 stasiun sepeda yang tersebar di seluruh kota, jalur angkutan publik seperti tram di wilayah CBD juga bahkan digratiskan untuk mendukung Melbourne eco city. Pemerintah kota Melbourne juga menginisiasi program 1200 buildings, yaitu meretrofit 2/3 dari 1800 bangunan yang ada di Melbourne dengan teknologi energi dan air yang ramah lingkungan serta peningkatan pohon di lingkungan kota Merlbourne (Melbourne Convention Bureau, 2021).
Perilaku ramah lingkungan dari wisatawan dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kebiasaan, pengetahuan umum, kesadaran dalam diri wisatawan akan isu-isu lingkungan, serta motivasi melakukan perjalanan wisata itu sendiri. Partisipasi dari wisatawan ini dimulai dari adanya kesadaran dalam diri wisatawan yang kemudian mendorong perilaku ramah lingkungan serta didukung dengan fasilitas yang memadai di dalam destinasi urban tourism. Jika pemerintah mengembangkan fasilitas ramah lingkungan pada destinasi wisata urban disertai dengan kampanye perilaku ramah lingkungan serta partisipasi aktif dan kontribusi wisatawan, maka konsep urban sustainable tourism akan berjalan baik.
Daftar Pustaka
Edwards, D., Griffin, T., & Hayllar, B. (2008). Urban Tourism Research: Developing An Agenda. Annals of Tourism Research, 35(4), 1032--1052. https://doi.org/10.1016/j.annals.2008.09.002
Miller, D., Merrilees, B., & Coghlan, A. (2014). Sustainable urban tourism: Understanding and developing visitor pro-environmental behaviours. Journal of Sustainable Tourism, 23(1), 26--46. https://doi.org/10.1080/09669582.2014.912219