Di era yang semakin modern seperti sekarang ini, perkembangan teknologi berkembang begitu pesat dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Teknologi yang pada awalnya diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia kini berubah menjadi alat untuk menguasai dan mendominasi, hal ini yang disebut Herbert Marcuse sebagai teori one dimensional man. Dalam teori ini Marcuse menjelaskan bahwa masyrakat industri sudah terperangkap dalam penguasaan dan manipulasi teknologi.Â
Penguasaan dan manipulasi teknologi ini mengakibatkan manusia menjadi masyarakat yang pasif, reseptif, tidak kritis dan tidak menginginkan perubahan. Manusia digiring untuk mengafirmasi dan pasrah dengan sistem yang ada, sehingga tidak ada perlawanan yang terjadi. Hal ini yang mengakibatkan Marcuse menyebut masyarakat industri sebagai manusia satu dimensi, dimana mereka diarahkan pada satu tujuan yaitu untuk meningkatkan sistem kapitlasime yang ada.
Pada masyarakat satu dimensi terdapat produksi yang melimpah sehingga terciptalah manipulasi kebutuhan dan ekspansi ekonomi ke negara berkembang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Manipulasi kebutuhan inilah yang disebut sebagai kebutuhan palsu, yaitu sebuah keperluan yang dibebankan oleh berbagai kepentingan sosial tertentu pada individu dengan maksud untuk menindas dan menggerogoti mereka.Â
Dimana Propaganda tentang kebutuhan palsu ini dilakukan melalui berbagai macam promosi, pameran dan iklan diberbagai tempat. Â Bisa disimpulkan bahwa kebutuhan palsu membuat manusia menginginkan atau membeli sesuatu bukan karena mereka membutuhkannya, tetapi karena ada maksud dan kepentingan lain dibaliknya. Seperti halnya fenomena yang terjadi beberapa waktu ini yaitu lahirnya gaya hidup Hypebeast dikalangan anak muda di seluruh dunia.Â
Kata Hypebeast sendiri berasal dari sebuah majalah fashion asal Amerika, dimana dalam majalah tersebut memuat berbagai gaya fashion terkini seperti sepatu, jaket, kaos, kemeja, aksesoris, dll. Hypebeast kemudian berkembang menjadi sebuah gaya hidup untuk mengkoleksi pakaian, sepatu dan aksesoris fashion original yang langkah untuk dipamerkan ke orang lain. Bisa dibilang bahwa penampilan merupakan tujuan hidup bagi mereka yang mengikuti gaya hidup hypebeast, sehingga mereka akan berupaya untuk mendapatkan pakaian, sepatu, dan aksesoris fashion terbaru untuk mereka koleksi.Â
Dengan jumlah pengikut gaya hidup hypebeast yang semakin banyak, para pelaku produksi fashion mulai melakukan strategi untuk memproduksi barang yang mereka bilang terbatas. Promosi barang-barang ini dilakukan melalui iklan massive di sosial media, dimana dalam iklan-iklan tersebut mereka menggambarkan bahwa produk yang mereka keluarkan sangat terbatas, sehingga bagi mereka yang bisa mendapatkannya akan menjadi orang yang paling keren, paling beda dari yang lain, paling up to date bahkan mendapatkan gelar sebagai orang paling hypebeast.
Hal ini yang membuat orang saling bersaing untuk mendapatkannya, bahkan tidak jarang mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mengoleksi berbagai produk rilisan terbatas yang dikeluarkan oleh brand-brand ternama. Â Selain meengeluarkan uang yang cukup banyak, mereka juga bahkan rela mengantri hingga berjam-jam untuk mendapatkan barang yang mereka incar. Pada kenyataannya sebenarnya barang-barang rilisan terbatas merupakan modifikasi dari produk yang telah mereka rilis dengan jumlah banyak.Â
Bagi orang awam yang tidak mengikuti gaya hidup hypebeast akan menilai bahwa barang tersebut sama saja, namun bagi mereka yang mengikuti gaya hidup hypebeast akan menyatakan bahwa barang tersebut berbeda dan langkah sehingga mereka harus memilikinya. Â Dengan modifikasi corak yang sedikit berbeda, pemilik brand-brand ternama bisa menaikkan harga menjadi 3 kali lipat bahkan 10 kali lipat dari harga sepatu yang dirilis banyak.
Dalam fenomena tersebut bisa kita ketahui bahwa, munculnya gaya hidup hypebeast mengakibatkan para pemilik brand-brand ternama untuk memanipulasi kebutuhan manusia guna mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kebutuhan palsu yang mereka ciptakan melalui iklan massive dan tehnik penjualan rilisan terbatas yang mereka lakukan, telah mengubah fungsi dasar pakaian sebagai penutup tubuh menjadi benda untuk dikoleksi dan media untuk saling pamer. Masyarakat yang mengikuti gaya hidup hypebeast merupakan masyarakat satu dimensi yang selalu mengafirmasi keinginan sistem, yaitu mengenai fashion terkini dan persaingan untuk menjadi orang paling hypebeast.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H