Mohon tunggu...
Galuh Ayu
Galuh Ayu Mohon Tunggu... lainnya -

seorang gadis biasa yang lebih suka dianggap biasa-biasa yang punya mimpi yang tidak biasa yang selalu berpikiran yang tidak biasa dan selalu mendengar orang berkata luar biasa namun selalu mengingat bahwa hanya DIA lah yg LUAR BIASA

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mas Ulil Abshar Abdalla Telah Menyentuhku!

16 Maret 2011   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:44 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petang ini, tidak sengaja membaca note seorang teman diffabel di facebook. Dia menemukan tulisan dari Ulil Abshar Abdalla seorang politikus. Saya tertarik karena berhubungan dengan diffabel berikut tulisannya Mengabaikan Mereka yang Berdaya Beda.

Saya merinding membaca tulisan ini. Bukan hanya karena penyampaiannya saja, melainkan juga ketika mas Ulil menuliskan tentang paradigma sosial yang masih menganggap diffabel itu ada atau tidak ada sama saja. Jujur saja, sesekali pemikiran seperti itu pernah melintas di kepala saya. Akan tetapi, mungkin karena saya sudah kebal menghadapi paradigma semacam ini, maka bukanlah menjadi persoalan. Namun bagaimana dengan teman teman diffabel yang lain. Yang tidak terbiasa menghadapi kenyataan keras seperti ini? Bagaimana mereka menyikapinya? Apakah dengan mengurung diri? Pertanyaan pertanyaan itu bermunculan. Sehingga memaksa saya untuk membagi tulisan mas Ulil ini di sini.

Tulisan mas Ulil tersebut juga mengupas betapa mudahnya akses dan fasilitas di Boston bagi diffabel. Saya menghela nafas sekedar menata diri dan menyadarkan diri sendiri bahwa di Indonesia mungkin masih perlu bangun terlebih dahulu dari pingsannya. Ya secara, permasalahan permasalahan negara yang belum terselesaikan hingga detik ini pastilah membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga daripada persoalan diffabel. Saya tidak meragukan atau menyepelekan Pemerintah dalam hal mengurus kesejahteraan diffabel, seperti tulisan saya sebelumnya Terus, Kenapa Kalau Difabel?!. Akan tetapi pelaksanaannya saja yang dirasa belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan Pemerintah. Selain itu, pengawasan dan himbauan pun sebenarnya masih menjadi pe er bagi Pemerintah kita.

Setelah membaca tulisan mas Ulil tersebut, keinginan saya semakin meluap untuk tetap berusaha melakukan sesuatu bagi kesejahteraan diffabel. Serta memberi pandangan atau pemikiran baru pada non-diffabel sehingga diharapkan tercipta keselarasan dalam bersosialisasi, berpendapat, maupun bermasyarakat.

Terima kasih.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun