Mohon tunggu...
Galuh Ayu
Galuh Ayu Mohon Tunggu... lainnya -

seorang gadis biasa yang lebih suka dianggap biasa-biasa yang punya mimpi yang tidak biasa yang selalu berpikiran yang tidak biasa dan selalu mendengar orang berkata luar biasa namun selalu mengingat bahwa hanya DIA lah yg LUAR BIASA

Selanjutnya

Tutup

Catatan

[Untukmu Ibu] Aku Sayang Ibu

22 Desember 2013   22:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:36 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13877250991636202920

Yup, hari ini adalah hari spesial untuk semua Ibu di dunia. Well, tidak ada salahnya jika hari ini kita sempatkan mengucapkan Selamat Hari Ibu pada ibu kita masing – masing.Tak terkecuali diriku.

Aku ingin sekali mengucapkan terima kasih, setiap kali mendengar “Iki anakku iki..!” yang berulang kali diucapkan tiap kali bertemu banyak orang, atau “Nduk..cah ayuuu..!” sambil menciumi seluruh wajahku tanpa jeda hingga aku berusaha sekuat tenaga berjibaku menahan geli. Tak jarang mencubit pipiku hingga merah dan berujar “Ealah..Nok wes gede temen”.

Aku tersenyum setiap kali teringat itu. Ada senang, lucu sekaligus merasa berlebihan mendengarnya. Namun sayangnya, semua kata – kata manis, perlakuan yang kadang sedikit lebay tersebut justru keluar dari perempuan – perempuan yang aku panggil dengan Bu Guru, Budhe, Bulek, Tante, Mbah Uti, Mbak dan sebutan lain sejenisnya. Bukan dari Ibu.

Ibuku tak pernah mengeluarkan kata – kata manis seperti itu. Karena Ibuku memang jarang memuji, bahkan tidak pernah. Itulah ibuku. Sama sepertiku.

Aku tidak protes atau marah. Mengapa ibu tidak pernah mengeluarkan kata – kata manis ataupun sekedar memujiku. Aku tidak bertanya – tanya dan tidak berharap apa - apa. Sebab aku tahu dibalik ejekannya, dibalik marahnya, dibalik bawelnya dan dibalik cueknya ibu selalu ada untukku.

Keberadaannya yang selalu di sampingku adalah bukti nyata kesetiaan hati itu benar – benar ada. Memilih untuk membesarkan dan merawatku pun merupakan potret kesungguhan jiwa dan raganya dalam memperjuangkan aku sebagai putri teristimewanya.

Ya, benar saja. Aku tidak berakhir di panti asuhan. Aku tidak ditelantarkan di depan masjid. Seperti mereka yang memutuskan untuk membuang anaknya yang terlahir jauh dari sempurna.

Aku justru ditempa untuk menatap dunia. Aku dihadapkan pada kerasnya dunia luar. Aku diajarkannya berani menegakkan tubuh. Aku dididik bukan untuk mengeluh melainkan tangguh. Setangguh ibu melawan mereka yang menorehkan tinta merah pada anak istimewanya ini.

Aku menjadi seperti aku sekarang ini karena ibuku mau untuk berjuang demi hidupku dan masa ddepanku. Kini ingin sekali aku melakukan hal yang sama. Namun seringkali aku hanya bisa duduk diam di atas kursi roda ini. Secangkir teh manis kesukaanmu pun terkadang aku belum bisa menyajikannya sendiri. Mengajakmu jalan – jalan justru akan membuatmu kelelahan karena harus mendorongku. Sekedar ngobrol dan berbicara menjadi singkat saat masing – masing dari kita tak bisa berkata apa – apa lagi.

Ah..aku lalu teringat perjuanganmu dulu ketika mengantarku menuju Kampus. Di tengah terik matahari mendorongku. Tiap kali aku bertanya “Ibu capek?” kau selalu berkata “Nggak kok, nggak papa.” Di hari yang hujan pun ibu harus berlari sambil terus mendorongku. Payung yang hanya ada satu kau berikan padaku. Agar tidak kehujanan, itu katamu. Padahal bajumu basah kuyup tak tersisa kering sedikitpun.

Berat rasanya ketika mengingat semua itu. Terlebih kesalahan yang pernah aku buat. Melihatmu bersusah payah mengantarku kuliah, aku merasa perih. Tak bisa berbuat apa –apa. Hingga kuputuskan untuk meminta bantuan orang lain dengan harapan ibu tak perlu lagi bersusah payah mengantarkanku. Agar ibu bisa beristirahat. Agar ibu tidak capek. Itu yang ada dalam pikiranku.

Namun ternyata aku salah. Ibu mengira aku tak membutuhkannya lagi. Ibu merasa tersisihkan. Ibu merasa tersakiti sebab aku lebih memilih oranglain. Ibu terluka. Dan bodohnya aku baru menyadari itu setelah sekian waktu berlalu.

Aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu bisa berulang, mungkin aku akan mengutarakan perasaanku pada ibu. Betapa aku tak tega melihatnya kesusahan terus menerus ketika mengantarku. Betapa mengirisnya hatiku manakala aku merasa tak mampu meringankan sedikit bebannya. Ah..aku salah. Harusnya aku sampaikan terlebih dahulu niatku ini.

Aku tahu, aku sama persis denganmu ibu. Tak bisa mengungkapkan apa yang ada dalam hati dan pikiran ini. Sulit menerjemahkan maksud hati yang sesungguhnya. Tak terbiasa dengan kata – kata manis. Selalu kelu jika dipaksa mengeluarkan isi hati.

Ibu, tak mengapa kau tak bisa mengatakannya. Tak terbiasa mengatakan kata – kata manis. Sulit untuk mengungkapkannya. Semua itu sudah dapat kucerna dengan seksama. Sudah ku dengar dengan jelas, tanpa harus kau ucapkan. Sebab aku telah mengerti melalui mata hatimu.

Ibu, maaf bila memang aku pernah menyakitimu. Ibu maafkan aku bila selama ini masih terus menyusahkanmu. Usia senjamu seharusnya tak lagi perlu memikirkanku. Usia senjamu kini harusnya kau nikmati bersama cucu.

Ah..aku masih saja merasa menyesal. Masih merasa bersalah. Namun aku tak bisa berkata apa –apa . selain hanya berusaha untuk selalu membuatmu tersenyum. Ya, hanya itu yang bisa kulakukan sekarang. Membuatmu tersenyum setiap hari.

Ribuan kata yang tertulis di tiap tulisanku tentangmu ibu tak kan mampu menandingi perjuanganmu. Ketangguhanmu merawatku. Kegigihanmu dalam membimbingku. Ribuan puisi yang terlahir darimu pun takkan seindah senyumanmu ibu.

Dan di hari spesial ini aku hanya ingin mengatakan Ibu, terimakasih. Aku bangga menjadi putrimu. Aku bahagia menjadi putrimu. Aku sayang ibu.

[caption id="attachment_285440" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pribadi"][/caption]

by Galuh Ayu no.80

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NB : Untukmembaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community (sertakanlink akun Fiksiana Commnuity sebagai berikut ini :http://www.kompasiana.com/androgini

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community: http://www.facebook.com/groups/175201439229892/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun