Mohon tunggu...
Galuh Retno Nur Pratiwi
Galuh Retno Nur Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Dokter dalam Meluruskan Stigma Masyarakat tentang Penggunaan Odol untuk Mengobati Luka Bakar

2 Januari 2025   12:25 Diperbarui: 2 Januari 2025   12:25 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pertolongan Pertama pada Luka Bakar. Sumber: https://www.safetyposterindonesia.com/toko/pertolongan-pertama-pada-luka-bakar/ 

Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang sering terjadi, baik di rumah tangga, tempat kerja, atau dalam berbagai situasi lainnya. Biasanya, luka bakar disebabkan oleh paparan panas, bahan kimia, atau listrik. Penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah infeksi dan mengurangi risiko komplikasi yang dapat disebabkan oleh luka bakar. Namun, di tengah masyarakat sekarang ini, masih terdapat banyak mitos atau informasi keliru terkait cara mengobati luka bakar.

Salah satu yang cukup populer adalah penggunaan odol atau pasta gigi sebagai solusi pertama untuk menangani luka bakar. Meskipun hal ini sering dilakukan berdasarkan tradisi atau keyakinan tertentu, penggunaan odol untuk luka bakar sebenarnya sangat tidak dianjurkan. Tenaga medis terutama dokter memiliki peran yang sangat penting dalam meluruskan stigma ini dan memberikan edukasi yang benar mengenai cara penanganan luka bakar yang efektif dan aman.

Di banyak kalangan masyarakat, ada anggapan bahwa odol dapat memberikan efek sejuk atau dingin pada luka bakar. Beberapa orang percaya bahwa kandungan dalam odol, seperti mentol dapat meredakan rasa sakit dan mengurangi peradangan. Oleh karena itu, ketika seseorang mengalami luka bakar, mereka sering kali langsung mengoleskan odol pada area yang terluka, berharap bisa mendapatkan hasil yang cepat dan efektif. Akan tetapi, pendapat ini tidak berdasar pada prinsip medis yang benar melainkan hasil kebiasaan masyarakat yang dilakukan secara turun-temurun.

Odol sebenarnya mengandung bahan kimia abrasif dan pengawet yang tidak dirancang untuk digunakan pada kulit yang terluka. Alih-alih membantu proses penyembuhan, odol malah berisiko menyebabkan iritasi lebih lanjut, memperburuk luka, dan meningkatkan kemungkinan infeksi. Dalam beberapa kasus, penggunaan odol pada luka bakar bisa memperlambat proses pemulihan dan menambah rasa sakit.

Melihat hal tersebut, di sinilah peran tenaga medis dibutuhkan. Dokter sebagai tenaga medis yang kompeten memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat mengenai penanganan luka bakar yang tepat. Dokter berperan besar dalam upaya penghilangan stigma yang salah tentang penanganan luka bakar di masyarakat. Salah satu cara yang efektif adalah melalui penyuluhan atau edukasi kepada masyarakat mengenai cara-cara yang benar dalam menangani luka bakar. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai kanal, seperti seminar kesehatan, penyuluhan di puskesmas, kampanye melalui media sosial, atau bahkan melalui materi edukasi di sekolah-sekolah.

Langkah awal sederhana yang dapat dilakukan masyarakat ketika mengalami luka bakar adalah segera mendinginkan area yang terbakar dengan air mengalir yang bersih selama 10-20 menit. Air dingin membantu meredakan rasa sakit, mengurangi pembengkakan, dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan kulit. Jangan menggunakan es batu atau air yang terlalu dingin karena bisa menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut. Setelah mendinginkan luka, langkah selanjutnya adalah menutup luka bakar dengan kain bersih dan lembut untuk melindunginya dari kotoran dan risiko infeksi. Setelah itu, kita dapat berkonsultasi ke dokter untuk penanganan yang lebih lanjut. Dokter akan meresepkan salep atau krim yang sesuai untuk mengurangi peradangan dan mencegah infeksi. Misalnya, salep antibiotik dapat digunakan untuk melindungi luka dari infeksi, sementara krim pelembap dapat membantu menjaga kelembapan kulit.

Selain memberikan edukasi mengenai penanganan luka bakar, dokter juga dapat berperan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan yang memadai. Dengan pemahaman yang benar mengenai penanganan luka bakar, masyarakat akan lebih mudah mencari pertolongan medis yang tepat ketika luka bakar terjadi, sehingga mencegah komplikasi yang lebih serius.

Stigma masyarakat mengenai penggunaan odol untuk mengobati luka bakar merupakan salah satu contoh mitos medis yang harus diluruskan. Dokter memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan pengetahuan yang benar tentang penanganan luka bakar yang aman dan efektif. Melalui penyuluhan, edukasi, dan komunikasi yang baik dengan masyarakat, dokter dapat membantu menghilangkan kebiasaan keliru ini dan memastikan bahwa masyarakat mendapatkan perawatan medis yang tepat. Dengan demikian, diharapkan kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun