Mohon tunggu...
Galuh Parantri
Galuh Parantri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

SocMed lover, Writer, part timer moderator @diskonews, full timer @Beritasatu, ex- vivanews , gapapa miss typo-Yang Penting Punya Hatiâ„¢\r\n I nearly always write just as I nearly always breathe (Steinbeck)\r\nhttp://galoeh11.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Menunggu

28 September 2011   06:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:32 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ini buatku?"

Ia mengangguk sambil tersenyum.

Aku masih tercengang memegang cincin perak dengan satu batu yang berkilau di tengahnya.

"Kamu berlebihan..."

"Itu cuma perak, dan nggak berlebihan, aku sudah janji ama diriku sendiri untuk membelikanmu cincin."

Tidak ada ikatan apapun diantara aku dan dia. Ya, ikatan yang tak lebih dari sebuah hubungan yang saling menyebut pasangan satu sama lain.

Cincin ini buatku memiliki arti. Semoga untuknya juga.

***

Cinta itu mesti dikejar, bukan hanya menunggu. Begitu kurang lebih yang temanku katakan padaku.

Tapi apa itu berlaku juga untukku? Seorang perempuan mengejar cintanya pada seorang laki-laki?

Lagipula apa yang mesti aku kejar, dia jelas-jelas ada di sampingku. Nyaris setiap saat.Aku sudah mendapat cintanya kok.

Apa iya?

Tanganku memain-mainkan cincin pemberiannya satu tahun yang lalu. Otakku penuh dengan kalimat-kalimat tanya yang aku belum tahu persis jawabnya.

Apa iya cintanya sudah aku dapatkan? Tapi mengapa aku masih menunggu di sini?

"Apa lagi sih yang kamu tunggu?"

Pertanyaan karibku membuyarkan lamunanku.

"Mmm... nggak ada sih."

"Jadi mengapa mesti kamu tunda?"

"Mmm...nggak jugah sih."

"Kalo bukan menunda lantas hubunganmu dengannya selama sekian lama ini mau kemana tujuannya?"

"Mmm...ya kami punya rencana lah. Kamu nggak usah khawatir gitu. Bawel."

"Kalo punya rencana, segera realisasikan lah!"

"Mmm...berisik."

"Ham hem ham hem muluk...Apalagi yang ditunggu?"

"Auk ah!" Ucapku. Ini adalah dua kata jurus andalanku untuk memutus pembicaraan.

Aku masih memain-mainkan cincin di jariku sambil tertunduk.

Pertanyaan ini bukan yang pertama kudapat. Dan pasti bukan yang terakhir yang akan kudengar.

Apa yang aku tunggu? Iya ya, apa yang aku tunggu?

Yang aku tunggu ya dia.

***

"Filmnya bagus ya tadi?" aku mencoba membuka pembicaraan.

Dia tersenyum memandangku. Tapi aku tak berani menatapnya lama-lama.

"Kopinya enak nggak sih itu?" Lagi-lagi aku mencoba menyingkirkan kegugupanku.

Dia mengangguk dan menyodorkan cangkirnya ke arahku. Aku menggeleng.

"Mmm...Sebenernya ada yang mau aku sampaikan."

"Ada cerita apa nih?" tanyanya.

"Aku nggak bisa terus menunggu.." kalimatku tercekat.

"Nunggu? Maksudnya?"

"Maksudku... Aku nggak bisa terus-terusan menunggu saja. Mmm... Aku butuh kepastianmu."

Dia mengernyitkan dahi.

"Mmm... aku cuma mau kepastian, malam ini. Apa yang sudah kita jalani selama ini apakah berarti?"

"Sangat.."

"Lalu?"

"Ya... lalu..." Dia terdiam.

"Lalu....? Kamu nggak bisa meneruskan penjelasanmu? Sama seperti hubungan ini?"

"Bukan begitu..."

"Aku nggak punya banyak waktu. Dan aku udah capek menunggumu."

Aku memberi jeda, menarik nafas."Apa kita akan menikah?"

"Ya iya, pasti kita menikah."

"Kapan?"

"Mmm... harus aku jawab?"

Aku mengangguk."Ya, sekarang, aku butuh jawaban."

"Kita bisa bicarakan ini dengan lebih tenang kan? Harus sekarangkah?"

"Ya sekarang. AKu capek menunggu."

Dia diam.

Aku berdiri dari dudukku. Dan berlalu.

Bagi perempuan sepertiku, cinta tak boleh terlalu lama menunggu.

***

Jakarta 12:50 am

Inspirasi dari Gilmore Girl

"I need it to be over because, I can't take this anymore. Yes I love Luke, and yes I wanted to marry Luke, but i didn't want a life seperate from Luke, and that's all he could give me! I don't want that! If I'm gonna be with Luke, I wanna be with Luke, and he didn't get it! And I waited, I mean, god! I waited. It's like Luke is driving a car, okay, and I just wanna be in the passenger seat, but he's locked the door, and so I have to hold on to the bumper, you know? I'm not even asking him to open the door for me! Just leave it unlocked and say 'Come in!' but no! He didn't do that! So I'm holding onto the bumper, and life goes on, and the car goes on, and I get really badly bruised, and I'm hitting pot holes, and it hurts! I mean, it hurts. So yesterday, I had to let go of the bumper, because, it hurts too much. It hurts too much!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun