Energi telah menjadi kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan manusia. Energi dapat dihasilkan dari sumber daya alam tak terbarukan dan sumber daya alam yang terbarukan. Pada hakikatnya, penggunaan energi masih di dominasi oleh sumber daya alam tak terbarukan berupa fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa sumber daya alam tak terbarukan pasti akan habis pada masanya. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil juga dapat menimbulkan peningkatan emisi karbon yang dapat berpengaruh pada lingkungan yaitu efek rumah kaca dimana terjadi pemanasan global dan meningkatkan suhu di bumi hingga mengakibatkan perubahan iklim yang tidak stabil. Â
Menurut Global Energy Outlook 2021, transportasi, industri, dan bangunan publik merupakan tiga kontributor utama efek rumah kaca, dengan 70% emisi di sektor-sektor ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Ketidakpastian ekonomi global juga meningkat akibat wabah COVID-19 dan krisis geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Produksi gas alam yang merupakan salah satu produsen terbesar yakni Rusia, juga mempengaruhi pasokan energi. Beberapa negara Eropa yang bergantung pada gas alam Rusia menghadapi krisis energi dengan meningkatnya biaya energi sebagai akibat dari krisis energi saat ini. Oleh karena itu, urgensi transisi energi demi menghadapi krisis sangat dibutuhkan. Â
Transisi energi adalah peralihan dari sumber energi tak terbarukan ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya (solar), angin, biomassa, panas bumi (geothermal), dan ombak (tidal energy). Sumber-sumber energi ini biasa disebut sumber energi "hijau" karena tidak membahayakan kehidupan manusia atau ekosistem bumi. Terakhir, debat KTT G20 mengangkat isu-isu kunci tentang "akses ke energi yang terjangkau, peningkatan pembiayaan energi, dan peningkatan penggunaan teknologi bersih dan pintar". Tentu saja, transisi energi yang diusulkan masih terus berkembang dan akan dicapai dengan cara yang berkelanjutan, menggunakan teknologi yang tidak bergantung pada sumber energi negara.
Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform dibentuk pada KTT G20 untuk menunjukkan dukungan terhadap kebijakan transisi energi yang menggabungkan dukungan keuangan dengan komitmen yang dapat ditindaklanjuti dan praktis. ETM akan mengembangkan strategi holistik yang diperlukan untuk mengimplementasikan transisi energi dengan bertindak sebagai platform untuk memfasilitasi mobilisasi keuangan lebih lanjut dari sumber-sumber publik dan swasta. Transisi sistem bahan bakar fosil menjadi sumber energi terbarukan yang berkelanjutan akan dibangun di atas kerangka kerja kebijakan transisi energi yang lebih adil untuk memenuhi tujuan National Determined Contribution (NDC) dan Net-Zero Emissions (NZE). Â
 Galista Meirina Sari
(07041282126148)
Studi Keamanan Internasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H