Mohon tunggu...
Galing Cendekia
Galing Cendekia Mohon Tunggu... -

Urun rembug

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pasangan ODHA Berhak Punya Anak

29 September 2013   18:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:13 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erangan tangisan bayi di ruang persalinan itu membuat Dani (bukan nama sebenarnya) menyembulkan senyum bahagia. Dia begitu tak percaya, bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah. Impian yang begitu lama terpendam.  Kemudian, Dani meneteskan airmata, ia tak tega dengan anaknya yang baru menghirup nafas dunia harus mendapati beban untuk meminum ARV (Alat Retroviral) selama 6 hari. Perasaan sedih, merasa berdosa dan tak tega bercampur aduk di dada-nya.

Bayi yang lahir itu, divonis negative setelah mendapatkan perawatan intensif dan usai tes oleh tim medis. Dia bersimpuh dan menyium lantai, sujud syukur atas anugerah sekaligus amanah yang diberikan Tuhan kepadanya. Kegembiraan yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata, matanya berkaca-kaca dan ucapannya terbatah-batah.

“Tak ada hal terindah dalam hidup ini, kecuali bersama keluarga, aku sangat menyayanginya,” tutur Dani. Gairah untuk menjalani hidup semakin meninggi, seiring lahirnya buah hati. Tak terbayangkan sebelumnya, bahkan saat dia membangun rumah tangga untuk memiliki seorang anak. Baginya, hidup saja sudah hal yang sangat membahagiakan, setelah dia menjadi ODHA.

Setelah mempersunting perempuan yang bernasib sama seperti dirinya (ODHA). Perasaan ingin menjadi orang tua seutuhnya pun timbul, meski ragu untuk memiliki keturunan. Karena, dia tak ingin, anaknya mengalami penyakit yang sama, seperti orang tuanya.

Namun, membangun sebuah keluarga tanpa seorang anak terasa hampa. Seperti ada bagian yang hilang, sehingga mereka berdua pun mulai meneguhkan sikap dan komitme untuk mendapatkan mong-mongan. Mereka berdua memilih program PMTCT (Preventif of Mother To Children Transmission), sebuah program perawatan dan pencegahan agar bayi tak tertular HIV dari orang tuanya.

Komitmen itu, butuh perjuangan yang tak murah. “Mungkin satu rumah sudah terjual untuk perawatan kami dengan istri, lebih lagi kami berkomitmen untuk memiliki seorang anak,” lanjut Dani. Selain materi, juga butuh komitmen tinggi untuk hidup sehat, rutin minum obat dan terus berkonsultasi dengan medis

Bagi Dani, menjadi seorang ODHA bukan berarti harus menyesali hidup atau mengakhiri hidupnya. Kadang perasaan itu muncul tatkala pertama kali dia di vonis dokter positif HIV. Saat itu dia terpuruk, hanya berobat dan bertahan hidup yang ada dipikirannya.Tak jua terbayang sedikit pun dalam hatinya kalau ada perempuan yang akan mendampingi kehidupannya, lebih lagi membangun sebuah keluarga.

Hidup tetap berjalan, menyesali diri bukanlah sebuah penyelesaian. "Menatap masa depan merupakan sebuah keharusan, kita harus menghentikan semua penyesalan yang ‘menyandera’ masa sekarang" Ungkap Dani. Hal itu pula yang membuat dirinya kemudian memutuskan untuk berkeluarga dan berusaha bangkit dari keterpurukan

Di Keluarga Dani berusaha untuk menjadi seorang suami sekaligus ayah yang baik, hal itu yang membuat dia selalu memberikan waktu bagi keluarganya, apapun tingkah laku yang diberikannya hanya untuk menyenangkan keluarga. Memberikan kenyamanan dan kasih sayang yang tak henti-henti karena semua yang dilakukan merupakan sebuah anugerah dan nikmat yang tak terkirakan.

Selain itu, bekerja sebagai konselor merupakan posisinya kini, dia aktif pada organisasi yang memperjuangkan mengenai HIV, begitulah bentuk aktualisasi yang dilakukannya. Di kepalanya hanya keluarga dan berguna bagi masyarakat.  Dia pun banyak menemui pengalaman dan menularkan pengalamannya sebagai seorang ODHA. Banyak hal yang harus diperjuangkan bagi banyak pengidap HIV yaitu bertahan hidup dan berkarya, karena tak ada alasan baginya untuk terus masuk dalam keterpurukan.

Melakukan kampanye pencegahan dan memberikan pemahaman pada masyarakat tentang HIV-AIDS. Penjelasan mengenai bahaya dan resiko yang harus ditanggung sebagai seorang ODHA, berikut pula cara penularan HIV serta perilaku yang memiliki potensi HIV-AIDS.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun