financial independence (kebebasan finansial), yang mana relevan dengan kehidupan saat ini. Financial independence sendiri merupakan kondisi ketika kita dapat memiliki keuangan yang stabil dan dapat diandalkan untuk bertahan hidup serta tidak khawatir dengan segala pengeluaran bahkan yang mendadak sekalipun. Sejalan dengan hal itu, AIESEC in UMM mengadakan webinar yang mengusung tema tentang kebebasan finansial, dengan harapan anak muda dapat lebih melek finansial.
Sabtu, 20 Mei 2023, AIESEC Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan webinar nasional Impact Circle 6.0 yang mengusung tema “Create A Prosperous Life: The Art of Planning and Entrepreneurship to Rocket Your Finance” melalui platform Zoom Meeting. Impact Circle 6.0 ini berfokus pada SDG no 8 (Decent Work and Economic Growth), dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua. Dengan kata lain, webinar ini membahas mengenaiIMPACT CIRCLE 6.0 mengundang 4 pembicara profesional dibidangnya. Dihadiri lebih dari 100 peserta, acara ini dibawakan meriah oleh moderator Firdaus Faraj Ba-Gharib yang merupakan seorang financial manager dan awardee Erasmus+ SGH Warsaw School of Economics. Sebagai pembuka, Devanto Shasta Pratomo, selaku Professor of Labour Economics dan Secretary of Presidential Advisory Council Member, atau kerap disapa Pak Devan mengangkat topik “Youth Employment: Challenges, Hopes, and Strategy” yang membahas mengenai kondisi tenaga kerja Indonesia saat ini beserta tantangan-tantangan yang dihadapi, harapan kedepannya, dan juga strategi dalam mengatasi kesenjangan dalam dunia pekerjaan.
Dalam webinar tersebut, Pak Devan mengungkapkan bahwa Indonesia telah lama menjadi negara dengan tingkat pengangguran kaum muda tertinggi. Pengangguran muda rata-rata 3 kali lipat dari pengangguran nasional dengan trend yang relatif stabil dalam kurun waktu 4 tahun ke belakang. Dengan demikian, perlu adanya strategi untuk memutuskan rantai kesenjangan tersebut. Disebutkan bahwa perlu adanya dorongan untuk para generasi muda untuk memiliki fluid intelligence (pemecahan masalah) yang memadai daripada crystalized intelligence. Hal tersebut dapat dicapai melalui pendekatan keterampilan interpersonal, analitis, dan digital ke dalam kurikulum.
Selanjutnya untuk pembicara kedua, yaitu Dina Rahmi S.Psi, CFP. Beliau adalah founder dari Babega Finance dan seorang Financial Planner yang dapat memberikan edukasi dan konsultasi perencanaan keuangan. Dalam sesinya di webinar Impact Circle 6.0, Dina Rahmi mengangkat topik “Make Your Own Money Plan” yang membahas tentang bagaimana memulai perencanaan keuangan dan menentukan tujuan keuangan terutama untuk para mahasiswa. Kesadaran akan pentingnya mengelola keuangan pada generasi muda adalah salah satu hal yang penting untuk diketahui. Dimulai dengan memiliki tujuan dan impian dalam hidup yang dimana jelas sekali untuk mencapai impian tersebut pasti membutuhkan uang, maka diperlukannya plan untuk menghasilkan uang dan mengelolanya. Tanpa rencana, berarti kita merencanakan untuk gagal. Belajar lah cara untuk berinvestasi, mengelola uang dengan menyisihkannya dengan urutan dana darurat, proteksi, dan investasi.
Sesi selanjutnya dengan tema “Mengubah Ide Kreatif Menjadi Rupiah” yang dibawakan oleh Hendi Suryo Leksono yang merupakan Creative Director VOSCO Group dan General Secretary of HIPMI Kota Malang. Beliau memaparkan apabila banyak yang berubah dari segala aspek dalam 10 tahun ini maka kita sebagai generasi modern harus memiliki kreativitas tinggi dan ide-ide inovatif untuk mengikuti perkembangan zaman. Hal ini tentu berhubungan dengan menjadikan ide kreatif menjadi uang. Cara yang pertama adalah lebih gencar melakukan komunikasi dan promosi di berbagai sosial media, belajar dan mengasah kemampuan public speaking, terutama elevator pitch yang bersifat persuasif dan dapat membuat orang yang mendengarnya memiliki ketertarikan, me-monetize channel yang kita gunakan, fokus pada kolaborasi karena zaman sekarang ini adalah zaman kolaborasi dan kita harus memanfaatkan ini, dan tentunya juga scale up dengan financial skema yang menguntungkan.
Pada sesi akhir, ditutup dengan Iestri Kusumah, S.Psi., CBC atau akrab disapa dengan kak Iestri, founder & CEO Psytalk Indonesia. Pada sesinya membahas mengenai keuangan dari sudut pandangan psikologis. Dimana ketika seseorang ingin memulai menghasilkan uang pasti adanya ketakutan tersendiri sehingga membuatnya stuck atau berhenti karena ketakutannya sendiri, maka dari itu kak Iestri membawakan sesi dengan tema “Forget Your Fears and Get Started !”. Kita diajarkan bagaimana seseorang berperilaku terhadap uang yang berhubungan dengan mengelola pikiran, emosi, hingga perilaku ketika sudah menghadapi uang, karena sebanyak apapun uang yang dikumpulkan akan sia-sia jika manajemen keuangannya buruk. Ada 5 poin yang dapat diaplikasikan mengenai bagaimana mengelola keuangan. Pertama mengambil keputusan keuangan berdasarkan pengalaman pribadi, kedua bedakan kebahagiaan dengan ketamakan, ketiga ketahui dan utamakan prioritas, keempat konsistensi dalam mengelola keuangan, dan poin terakhir kekayaan adalah apa yang tak terlihat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H