Mohon tunggu...
Galina Gaea
Galina Gaea Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Film

Lika Liku Masalah Keberagaman di Indonesia dalam Film "? (Tanda Tanya)"

13 Maret 2022   19:45 Diperbarui: 15 Maret 2022   10:54 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Mahaka Pictures

Sumber foto : https://www.tribunnewswiki.com/2020/06/05/film-tanda-tanya-2011 

Judul film : ?

Sutradara : Hanung Bramantyo

Produser : Hanung Bramantyo dan Celerina Judisari

Penulis naskah : Titien Wattimena

Penata musik : Tya Subiakto

Penyunting : Cesa David Luckmansyah

Jenis film : Drama, Biografi

Tanggal rilis : 07 April 2011

Durasi : 1 jam 40 menit

Pemeran film : Endhita, Reza Rahadian, Agus Kuncoro, Rio Dewanto, Henky Solaiman, Edmay Solaiman, Revalina Sayuthi Temat, Glenn Fredly, Deddy Sutomo

Setiawan Hanung Bramantyo atau yang biasa dikenal dengan nama Hanung Bramantyo adalah seorang sutradara ternama yang juga seorang produser, penulis skenario, dan aktor di Indonesia. Pada tahun 2011 ia menyutradarai 2 film, yaitu "? (Tanda Tanya)" dan "Tendangan dari Langit". Hanung merupakan seorang anak keturunan campuran dari Jawa dan Tionghoa. Sehingga ia menyutradarai film ? mengenai pluralisme berdasarkan pengalaman dirinya yang multirasial.

Selain berdasarkan pengalaman Hanung sendiri, film ? juga diangkat dari kejadian nyata yang menimpa Riyanto. Riyanto adalah salah satu anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) di Mojokerto. Pada saat itu, Riyanto sedang berjaga di Gereja Eben Haezer Mojokerto pada malam Natal. Saat sedang berjaga, ia mendapat laporan bahwa ada benda mencurigakan di depan gereja. Ternyata benda yang berbentuk kantong plastik berisi kotak kado tersebut berisi bom. Petugas yang berjaga meminta semua orang untuk menjauh dan tiarap. Namun, Riyanto rela berkorban nyawa dan berlari menjauh dari gereja sambil membawa bom itu.

Sinopsis Film ?

Film ? menceritakan perbedaan dan konflik antar agama yang kerap terjadi di Indonesia dengan menuangkannya ke dalam 3 keluarga yang hidup di area dekat Pasar Baru Semarang, dengan latar belakang berbeda agama, yaitu Katolik, Buddha, dan Islam. Keluarga pertama adalah keluarga Rika. Rika adalah ibu rumah tangga dan mempunyai anak laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah dasar bernama Abi. Rika sempat menjadi perbincangan banyak orang karena dirinya baru bercerai dengan suaminya dan ia pindah agama dari Islam ke agama Katolik. Rika juga memiliki hubungan khusus dengan tetangga kos lamanya bernama Surya.

Keluarga selanjutnya adalah keluarga Tan Kat Sun, orang Tionghoa. Tan Kat Sun bersama istrinya, Cik Sien. Mereka berdua membuka sebuah restoran yang menjual chinese food. Ia menjual makanan halal dan non-halal. Akan tetapi, karena Tan Kat Sun beragama Buddha dan menjual makanan non-halal, banyak pengunjung yang beragama Islam tidak ingin makan di restorannya karena tidak percaya bahwa makanan tersebut halal. Meskipun begitu, Tan Kat Sun dan Cik Sien memiliki rasa toleransi yang tinggi, oleh karena itu mayoritas pegawainya beragama Islam. Tan Kat Sun juga mempunyai anak laki-laki yang bernama Ping Hen atau biasa dipanggil Hendra oleh masyarakat sekitar. Hendra memiliki sifat yang bertolak belakang dengan kedua orang tuanya.

Keluarga yang terakhir adalah keluarga Soleh. Soleh seorang anggota Banser NU dan istrinya, Menuk beragama Islam. Menuk merupakan salah satu pegawai dari restoran milik Tan Kat Sun. Namun, sering terjadi perselisihan antara Soleh dengan Hendra oleh karena perbedaan tersebut. Salah satu perselisihan besar yang sempat terjadi adalah dua hari setelah lebaran. Pada saat itu, Tan Kat Sun sedang jatuh sakit sehingga anaknya Hendra ditugaskan untuk menggantikan ayahnya berjaga di restoran. Tiba-tiba Hendra mengubah kebijakan dimana seharusnya restoran tutup dan pegawai libur kerja lima hari setelah lebaran, menjadi restoran tutup dan pegawai hanya libur kerja sehari setelah lebaran. Perbuatan Hendra membuat Soleh marah besar dan membawa kawanannya untuk merusuhkan restoran Tan Kat Sun.

Lambat laun telah diketahui penyebab Hendra berselisih dengan Soleh adalah karena Hendra dan Menuk sempat saling mencintai satu sama lain. Namun karena perbedaan agama tersebut membuat Hendra tidak bisa bersama Menuk. Cinta beda agama ini juga dialami oleh Rika dan Surya. Keduanya selalu ada untuk satu sama lain. Seperti pada saat gereja membutuhkan pemain untuk acara Jumat Agung, Surya selalu bersedia membantu Rika walaupun Surya beragama Islam. 

Pada akhir film, Soleh menjadi pahlawan seperti halnya Riyanto. Dimana Soleh mempertaruhkan nyawanya dengan membawa kotak kado berisi bom dan membawanya lari ke luar gereja. Film ini memberikan berbagai macam permasalahan yang silih berganti layaknya kehidupan. Dari permasalahan itulah yang membuat penonton semakin tertarik untuk menontonnya.

Kelebihan Film ?

Film ? sangat menunjukkan sikap toleransi antar perbedaan yang ada di Indonesia. Seperti pada saat ada perayaan penting pada salah satu agama, selalu diceritakan secara mendalam akan hari raya penting dalam agama Katolik, Buddha, dan Islam. Hal ini dapat memberi pengetahuan lebih kepada penonton akan perayaan-perayaan yang dirayakan ketiga agama tersebut. Pada latar tempatnya pun juga menghadirkan tempat ibadah untuk ketiga agama tersebut.

Judul film ? sangatlah unik membuat orang-orang menjadi penasaran dan tertarik untuk menontonnya. Bahasa yang digunakan dalam film ? cukup mudah dimengerti karena menggunakan bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai hidup yang diberikan pada film ? juga sangat menyadarkan dan menginspirasi kita akan banyak hal. Salah satu nilai hidupnya adalah perkataan Rika, yaitu "seseorang bisa berubah menjadi lebih baik lagi". Film ? mengingatkan kita bahwa kita harus patuh dengan orang tua, tidak seperti apa yang Hendra lakukan pada kedua orang tuanya di awal film. 

Alur dalam film ? menggunakan alur maju, maka cukup mudah untuk dipahami. Berbagai macam masalah yang silih berganti layaknya kehidupan juga membuat penonton semakin tertarik untuk menontonnya. Selain itu, film ? tidak sepenuhnya mengenai perkelahian antar agama, melainkan terdapat kisah cinta beda agama yang cukup relate dengan anak muda jaman sekarang. Terdapat juga cerita dalam sisi kekeluargaan seperti dalam kehidupan sehari-hari, dimana ada suatu waktu terdapat perdebatan antar anggota keluarga, seperti halnya keluarga Tan Kat Sun. 

Para pemeran film sangat bagus dalam mendalami peran. Sehingga membuat penonton ikut terhanyut dalam film. Latar lagu dan latar tempatnya cukup spesifik membuatnya mudah dibedakan jika tokoh sedang berada di tempat-tempat yang berbeda. Film ? ini disukai banyak orang bahkan sampai ditayangkan di kawasan Internasional dan menerima umpan balik positif dari Vancouver juga Paris.

Kekurangan Film ?

Walaupun bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari. Tetapi pada beberapa bagian terdapat bahasa Jawa dimana belum tentu penonton film mengerti betul dengan bahasa Jawa. Terdapat beberapa bagian yang menggunakan bahasa yang kasar. Beberapa aksi yang dilakukan, kurang cocok untuk ditonton anak dibawah umur. Contohnya seperti perkelahian. Film ? cukup lama alur dan pemecahan masalahnya, akan lebih baik jika lebih dipersingkat. Film ini merupakan salah satu film yang sudah cukup lama, maka ada beberapa bagian yang kualitas gambarnya tidak terlalu jernih.

Film ? mengangkat hal yang cukup sensitif untuk dibicarakan. Oleh karena itu, sempat terjadi kontroversi dalam film ?. Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat memprotes keras karena pesan pluralismenya. Dengan begitu, Hanung menemui MUI, lalu sepakat untuk memotong beberapa bagian pada filmnya. 

Rekomendasi

Film ? layak direkomendasikan untuk ditonton oleh masyarakat Indonesia. Khususnya oleh anak muda yang berusia 15 tahun keatas karena pada beberapa bagian kurang cocok untuk ditonton anak dibawah umur dan terdapat bahasa yang kasar. Disamping itu semua, seperti pada halnya mengangkat pluralisme antar hidup beragama, film ? sangat menonjolkan sikap toleransi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekali nilai hidup yang bisa dipetik dan dapat menyadarkan serta menginspirasi penonton. Terdapat banyak permasalahan hidup yang mungkin akan dapat membantu penonton dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Film ini lengkap dari segi permasalahan dalam percintaan dan kekeluargaannya yang cukup relate dengan anak muda jaman sekarang. Sehingga saya merekomendasikannya untuk ditonton oleh masyarakat Indonesia khususnya anak muda.

DAFTAR PUSTAKA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun