Mohon tunggu...
Galih Setigi Al Hakim
Galih Setigi Al Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lamongan-Makassar-Malili

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Integritas vs Budaya Kerja

23 Juni 2014   16:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:35 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada jaman sekarang, setiap orang pasti sudah mengenal istilah integritas. Ada yang bilang, “Setiap pegawai itu harus memiliki integritas yang tinggi.” Kemudian, “Korupsi akan dapat kita hindari jika kita jujur, amanah, dan berintegritas.” Sebenarnya apa itu integritas? Seberapa pentingkah intergitas itu?

Jika didefinisikan, integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Sedangkan dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan  kebenaran dari tindakan seseorang. Kemudian kita sekarang berbicara mengenai budaya kerja. Bagaimana sebenarnya budaya kerja di negara kita? Apakah masih perlu ditingkatkan?

Langsung saja saya jawab, iya, sangat perlu ditingkatkan! Karena apa? Karena budaya kerja di negeri kita ini masih kurang baik. Masih banyak pegawai yang malas di mana-mana, masih banyak pegawai yang tidak produktif di mana-mana, dan masih banyak juga pegawai yang ‘nakal’ di mana-mana. Karena apa? Ya karena budaya kerja itu sendiri, karena sudah menjadi budaya, sudah menjadi kebiasaan kita. Saya ambil contoh, misalnya ada seorang pegawai yang tidak masuk kerja di waktu hari jumat dengan alasan tertentu. Kemudian sang atasan dengan mudah memberikan izin. Lama kelamaan pegawai tersebut akan sering meminta izin kepada atasannya dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan tidak baik yang sering dilakukan tersebut akhirnya ditiru pegawai-pegawai lainnya, dan ujung-ujungnya menjadi budaya pada kantor tersebut. Kemudian terkait masalah kedisiplinan. Misalnya ada seorang pegawai senior yang sering datang terlambat di kantor, kemudian dia tidak pernah mendapat teguran dari atasan atas tindakannya tersebut. Akhirnya pegawai-pegawai yang lain pun merasa iri dengan pegawai tersebut, dan ujung-ujungnya mereka akhirnya ikut-ikutan datang terlambat di kantor. Saya yakin hal seperti ini masih terjadi di kantor-kantor pemerintah, terutama kantor daerah.

Sedikit bercerita, saya pernah punya pengalaman terkait masalah izin tidak masuk kerja. Waktu itu saya sudah sekitar 8 bulan tidak pulang ke tanah kelahiran saya, kemudian keluarga dan kawan-kawan saya sudah berulang kali menanyakan kabar saya, kapan saya bisa ada waktu untuk pulang kampung. Pertimbangan saya waktu itu adalah masalah harga tiket yang agak mahal dan juga menunggu waktu libur yang cukup. Setelah lama memendam keinginan untuk pulang, akhirnya saya meminta izin kepada kepala kantor untuk pulang kampung dan kebetulan pada minggu itu terdapat ‘Harpitnas’ atau Hari Terjepit Nasional, sehingga akhirnya saya diberi izin 2 hari tidak masuk kerja. Perasaan saya senang bercampur bingung. Senang karena dapat izin pulang dan bingung karena hanya dapat izin 2 hari kerja saja dengan mengorbankan uang tabungan saya untuk harga tiket yang cukup mahal demi bertemu dengan keluarga. Mau tidak mau akhirnya saya ikuti instruksi kepala kantor saya dan kembali ke kantor tepat waktu demi memenuhi janji saya kepada kepala kantor dan juga atas nama integritas.

Banyak teman satu angkatan saya yang bertanya-tanya, kenapa bisa saya cuma dapat izin 2 hari saja? Padahal pegawai-pegawai di kantor lain jika meminta izin pasti diberi waktu yang cukup dan tidak dipersulit. Jawabannya adalah karena diperaturannya memang izin itu diberikan hanya 2 hari saja, jika ingin libur lebih lama, ada hak pegawai yang dinamakan cuti, sedangkan diwaktu meminta izin tidak masuk saat itu saya masih CPNS, sehingga masih belum dapat mengambil cuti, kurang lebih seperti itu. Kemudian ada yang bertanya, kenapa teman-teman yang berada di kantor lain bisa izin tidak masuk kerja ada yang sampai seminggu, bahkan bisa lebih? Jawabannya adalah karena mereka meniru budaya kerja di kantornya, meniru kebiasaan senior-senior mereka yang seharusnya tidak patut untuk dicontoh.

Saya sebenarnya tidak sepenuhnya menyalahkan para pegawai senior karena mereka melakukan hal-hal yang tidak baik tersebut karena sudah menjadi budaya, sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Sekarang muncul sebuah pertanyaan, sampai kapan budaya kerja yang tidak baik tersebut akan berlanjut? Jawabannya adalah cukup sampai generasi senior saya saja. Mulai sekarang, mari kita wujudkan generasi baru yang memiliki budaya kerja yang baik, memiliki kedisiplinan yang tinggi, dan tentunya memiliki produktifitas yang tinggi juga. Jadi, sebenarnya integritas itu harus kita jaga sampai kapan pun, karena integritas menentukan ke arah mana langkah kita selanjutnya, integritas akan menciptakan budaya kerja yang baik bagi suatu kantor dan lingkungannya. Maka dari itu, mari kita bersama-sama untuk menjaga dan meningkatkan integritas kita dan menciptakan suatu budaya kerja yang baik. Budaya kerja yang buruk mari kita tinggalkan, budaya yang baik mari kita pertahankan. Kalau bukan sekarang kita memulai, kapan lagi? Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi?

Malili, 23 Juni 2014

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun