Budidaya Udang Indonesia Bisa Lebih Produktif dengan Vanatech
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil udang terbesar di dunia. Namun, produktivitas budidaya udang di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah budidaya udang yang masih dilakukan secara tradisional.
Melihat potensi tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) Universitas Airlangga (UNAIR) menghadirkan invensi smart autofeeder mutakhir bernama Vanatech. Invensi ini dirancang untuk meningkatkan produktivitas budidaya udang di Indonesia.
Vanatech memiliki beberapa keunggulan dibanding autofeeder yang telah beredar luas di pasaran. Pertama, Vanatech dilengkapi dengan detektor yang dapat mendeteksi jumlah kebutuhan pakan udang dengan demikian pemberian pakan tidak hanya dilakukan secara tepat waktu, namun juga sesuai dengan kebutuhan konsumsi udang secara otomatis.
Kedua, Vanatech dapat diaplikasikan di tambak udang yang berukuran besar. Invensi ini memiliki motor khusus yang memungkinkannya bergerak, sehingga pakan dapat diberikan secara merata ke setiap sudut tambak.
Ketiga, Vanatech dilengkapi dengan sensor pintar yang dapat melaporkan faktor-faktor penting dalam menjaga kualitas udang. Dengan kecanggihan ini, pembudidaya udang dapat memantau kondisi suhu, oksigen, kualitas air, bahkan mendapat saran perlakuan melalui gadget secara real-time.
Vanatech dirancang dengan sistem yang ramah lingkungan. Invensi ini menggunakan panel surya untuk menghasilkan energi listrik, sehingga tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca. Selain itu, Vanatech juga menggunakan motor brushless yang memiliki kecepatan tinggi, namun memiliki suhu yang relatif rendah.
"Kami berharap Vanatech dapat membantu para pembudidaya udang, utamanya di Lamongan, dalam meningkatkan produktivitasnya. Harapan akhirnya agar budidaya udang di Indonesia dapat menjadi lebih kompetitif di pasar global," ujar Putri Mardhotillah, ujar ketua PKM-PI UNAIR.
Invensi Vanatech telah dinyatakan layak dalam mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI). Sebelum melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), tim yang dibimbing oleh Edith Frederika Puruhito SKM MSc (Med Sci) itu sedang melakukan pengembangan fungsi dan efisiensi dari invensi ini.