BAHAYA YANG DIBERIKAN AKIBAT SERING MENGONSUMSI MAKANAN KALENG
Pengalengan merupakan metode pengawetan makanan untuk digunakan dalam waktu yang lama dengan pengemasnya dalam wadah yang kedap udara. Makanan dalam bentuk kemasan kaleng sangat membantu kita dalam menyimpan makanan dalam waktu yang sangat lama dan dapat dipakai sewaktu waktu. Penyajiannya yang praktis dengan penyajiannya yang cukup dipanaskan saja sangat disukai oleh kalangan masyarakat. Kita bisa mendapatkan makanan kaleng diberbagai pusat perbelanjaan atau di minimarket terdekat dengan berbagai jenis pengalengan seperti ikan, daging, sayur, bumbu rempah-rempah dan lain sebagainya yang bisa dapatkan sesuai kebutuhan. Â Â
Menurut dr. M. Gizi Karin Wiradarma dari KlikDokter menjelaskan bahwa garam dan gula sering ditambahkan sebagai pemanis pada makanan kaleng. Garam, gula dan pengawet sering ditambahkan ke makanan kaleng dalam batas yang wajar. Namun garam dan gula yang ditambahkan pada makanan kaleng dapat meningkatkan risiko penyakit seperti tekanan darah tinggi. Jika makan terlalu banyak makanan kaleng, risiko obesitas akan meningkat. Tak hanya itu, kelebihan gula dan garam juga bisa mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh. Menambahkan gula ke makanan kaleng juga memiliki efek berbahaya dan menempatkan kita pada risiko diabetes atau diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Bagi penderita kedua penyakit tersebut, sebaiknya hindari makanan kaleng agar tidak semakin parah.
Dampak akibat terlalu sering mengonsumsi makanan kaleng
- Mendorong pertumbuhan sel kankerÂ
Dikarenakan adanya penggunaan bahan pengawet yang terkandung didalam makanan kaleng menjadikan makanan tersebut tidak baik dikonsumsi dan terlalu banyak mengonsumsi bahan pengawet dapat memicu munculnya sel kanker jika dikonsumsi secara terus menerus menerus.
- Meningkatan risiko gagal ginjal dan masalah reproduksi
Adanya penggunaan BPA dalam kemasan makanan kaleng menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit. BPA atau Biophonel-A adalah bahan kimia yang sering ditemukan didalam produk kemasan plastik maupun kaleng. BPA dalam makanan kaleng berpindah dari lapisan kaleng ke dalam makanan yang ada didaamnya. Untuk itu sebaiknya jangan terlalu sering mengonsumsi makanan kaleng untuk menghindari berbagai bahan kimia didalamnya.
- Meningkatkan risiko terkena diabetes
Makanan kaleng biasanya mengandung banyak gula dan garam. Hal ini dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi kebanyakan orang, Â terutama untuk beberapa orang yang memiliki tekanan darah tinggi. Makanan terebut mungkin mengandung gula tambahan yang dapat berbahaya jika terlalu banyak dikonsumsi.
- Kekurangan gizi
Dalam proses pengalengan makanan biasanya melibatkan panas tinggi, vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin C dan B dapat rusak dikarenakan vitamin ini pada umumnya sensitif terhadap panas dan udara.
Tips mengkonsumsi makanan kaleng untuk menjaga kesehatan
- Tidak terlalu sering mengonsumsi makanan kaleng
Mengonsumsi makanan kaleng sebaiknya cukup beberapa kali saja dalam sebulan. Dan lebih baik mengonsumsi makanan olahan sendiri dikarenakan tubuh kita juga memerlukan nutrisi yang fresh dan mengandung banyak serat dan vitamin. Serta untuk menghindari masuknya bahan-bahan kimia dari makanan kaleng.
- Mengolah makanan kaleng dengan bahan bahan yang masih fresh
Kita bisa mengolah makanan kaleng bersama beberapa sayur segar lainnya untuk menambah nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh serta dapat meggurangi kecanduan dalam mengonsumsi makanan kaleng.
- Memperharikan tanggal kadaluarsa dan label kaleng
Mengecek tanggal kadaluarsa dan membaca label kaleng sangat penting dalam membeli produk yang mengandung bahan pengawet. Hal itu juga dikalukan untuk menghindari hal-hal buruk seperti keracunan dan sakit pencernaan, disarankan untuk membeli makanan kaleng yang sudah berlabel BPOM dan memiliki logo Halal.
Makanan kaleng bisa menjadi pilihan yang bergizi saat makanan segar tidak tersedia. Konsumsi makanan kaleng dalam batas yang wajar tetap dapat dilakukan. Hanya saja, jangan jadikan makanan kaleng sebagai pilihan utama menu harian. Bagaimanapun, makanan segar adalah yang terbaik untuk dikonsumsi.
Penulis :
Galih Saputra Wicaksono, Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Meilan Arsanti, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen pembimbing
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H