Mohon tunggu...
GALIH RAKA PRATAMA
GALIH RAKA PRATAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

Saya hobi menciptakan karya melalui sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral : Simbol Harmoni di Tengah Ibu Kota

7 Januari 2025   19:25 Diperbarui: 7 Januari 2025   19:25 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pendahuluan

  Jakarta, ibu kota Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, tetapi juga sebagai kota yang memancarkan semangat keberagaman. Di tengah hiruk pikuk kehidupan perkotaan yang modern dan dinamis, terdapat dua bangunan ikonik yang berdiri saling berhadapan, menjadi simbol kuat dari toleransi, persatuan, dan kerukunan antarumat beragama. Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga melambangkan semangat Bhineka Tunggal Ika "Berbeda-beda tetapi tetap satu" yang menjadi dasar dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Keberadaan dua tempat ibadah besar ini, yang masing-masing memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang mendalam, menjadi bukti nyata bahwa Indonesia mampu hidup berdampingan meskipun memiliki berbagai latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda.

Sejarah Pendirian Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral 

Masjid Istiqlal, yang berdiri megah di pusat Jakarta, didirikan pada tahun 1978 setelah gagasan dari Presiden Soekarno yang menginginkan sebuah masjid nasional sebagai simbol kemerdekaan Indonesia. Kata "Istiqlal" sendiri dalam bahasa Arab berarti "kemerdekaan," yang menggambarkan perasaan bebas dan lepas dari penjajahan. Lokasi masjid ini dipilih di kawasan bekas Benteng Frederik Hendrik, yang berdekatan dengan Monumen Nasional (Monas), sebagai representasi kebebasan bangsa Indonesia. Masjid Istiqlal dirancang oleh arsitek Frederich Silaban, seorang Kristen yang memenangkan kompetisi desain nasional untuk membangun masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Keputusan untuk memilih arsitek non-Muslim ini menggambarkan semangat inklusivitas dan keberagaman yang sangat dijunjung tinggi dalam pembangunan Indonesia pasca-kemerdekaan.

Gereja Katedral Jakarta, yang dikenal dengan nama resmi De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming, atau "Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga," didirikan pada tahun 1901 menggantikan gereja sebelumnya yang telah rusak akibat bencana. Gereja ini dibangun dengan gaya arsitektur neo-gotik yang sangat terinspirasi oleh gaya Eropa abad ke-19. Menara-menara tinggi yang menjulang, serta jendela kaca patri yang penuh warna, membuat gereja ini menjadi salah satu bangunan paling ikonik dan bersejarah di Jakarta. Dengan latar belakang sejarah panjang, Gereja Katedral tidak hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya bagi masyarakat Jakarta.

Keberadaan kedua bangunan ini, meskipun memiliki latar belakang agama dan fungsi yang berbeda, mencerminkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Setiap elemen dalam pendirian kedua tempat ibadah ini juga mencerminkan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati, sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang pluralistik.

Keunikan Arsitektur dan Makna Simbolis  

Salah satu aspek yang paling menonjol dari Masjid Istiqlal adalah desain arsitekturnya yang modern dan megah. Masjid ini memiliki kubah besar berdiameter 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia, 1945. Kubah yang sangat besar ini menjadi pusat perhatian, memberikan kesan megah dan simbolik dari kekuatan dan kebebasan negara. Pilar-pilar besar yang menopang kubah menciptakan ruang yang luas dan terbuka, memberikan atmosfer yang sangat mendalam bagi siapa saja yang melangkah ke dalamnya. Halaman masjid yang luas tidak hanya berfungsi sebagai tempat salat, tetapi juga sering digunakan untuk berbagai acara besar, seperti salat Idulfitri dan Iduladha, serta menjadi tempat berkumpulnya umat Muslim dari berbagai daerah. Desain interior masjid yang minimalis, dengan ornamen yang sederhana namun elegan, memperlihatkan kesederhanaan dalam beribadah yang sangat dihargai dalam ajaran Islam. Di sisi lain, Gereja Katedral Jakarta memiliki arsitektur yang sangat berbeda, dengan gaya neo-gotik yang lebih bercita rasa Eropa. Katedral ini menampilkan tiga menara utama yang menjulang tinggi, yaitu Menara Angelus Dei, Menara Benteng Daud, dan Menara Gading, yang masing-masing memiliki makna simbolis yang erat kaitannya dengan iman Kristen. Jendela kaca patri yang berwarna-warni menjadi elemen yang mencolok, menggambarkan kisah-kisah suci dan kekuatan iman. Selain itu, interior gereja dipenuhi dengan ukiran-ukiran halus dan detail arsitektur yang indah, menciptakan suasana yang penuh kedamaian dan kesakralan. Gaya arsitektur yang berani ini tidak hanya memperlihatkan kemegahan gereja, tetapi juga memberikan ruang bagi umat Kristen untuk merasakan kedekatan dengan Tuhan dalam suasana yang penuh reverensi.

Kehidupan Keagamaan dan Peran Sosial  

Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya di Jakarta. Kedua tempat ibadah ini menjadi pusat kegiatan keagamaan yang sangat aktif, serta sering menjadi lokasi untuk berbagai acara sosial yang melibatkan masyarakat luas.

1. Masjid Istiqlal  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun