[caption caption="Koleksi Pribadi"][/caption]Hamparan aspal yang menghitam
Menemaniku saat bercengkrama
dengan gulita
Menatap langkah gontai
Menatap sinar yang nanar
Menatap kaki yang gemetar
Menatap tangan yang bergetar
Langkahnya pelan, tak pasti
Seperti langkah mati
Seperti enggan, tapi kencang
Seperti lelah, tapi tegap
Ketika tiba di sudut jalan
Ia berhenti kemudian menatap
Tangannya yang basah oleh embun
Tersorot cahaya temaram lampu sudut jalan
Matanya tak memicing
Matanya tak memejam
Matanya tak berkedip
Kala itu..
Di sudut jalan itu, terdapat cahaya suci
Yang dilindungi embun, dan rintik hujan
Menerangi setiap mahluk
Tanpa membuat silau
Di sudut jalan itu,
Ia menunjuk, kemudian bergumam,
“Dibalik tikungan itu,
Ada tempat yang sangat kau rindui
Ada tempat yang sangat berarti”
Rumah…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H