Mohon tunggu...
Galih Susanto
Galih Susanto Mohon Tunggu... -

bahkan tuhan pun tak bisa mengkerdilkan kebebasan berfikir kami

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potret Hitam Perdagangan Bebas

15 Juni 2012   23:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:56 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Globalisasi menjadi sebuah keniscayaan bagi seluruh Negara di dunia yang

secara definitif memiliki makna adanya sebuah proses menuju peningkatan hubungan

antara berbagai masyarakat di seluruh dunia. Jadi hubungan internasional yang

menjunjung nilai-nilai sosial demokratis, kesetaraan, kesamaan hak dan distribusi

kesejahteraan dalam upaya peningkatan taraf hidup sebagai wujud transformasi

masyarakat, itulah seharusnya yang menjadi orientasi ndalam laju gerbong globalisasi.

Namun kenyataan yang sangat paradoksal tumbuh seiring dengan kemunculan

perdagangan bebas (Free Trade) sebagai aspek parsial dalam globalisasi itu sendiri,

yang justru membawa semangat yang berbeda dan bertentangan dengan hakikat

globalisasi dimana orientasi utamanya adalah peningkatan kekuatan dan pengaruh

Negaranegara nmaju dunia melalui tangan-tangan korporasi transnasionalnya di seluruh

dunia dengan ideologi konsumerisme dan etos pembangunan yang ditekankan

sepenuhnya pada pengambilan keuntungan (akumulasi kapital).

Perdagangan bebas ini sejatinya hanyalah media Negara-negara ekonomi yang

tangguh ndalam memuluskan kepentingannya untuk memasarkan produk dalam

negerinya keseluruh penjuru dunia dengan tanpa batas, tanpa proteksi, tidak adanya

regulasi yang mengikat dan tanpa intervensi pemerintah sebuah Negara. Namun juga

harus diingat bahwa selain perdagangan barang dan jasa yang bebas keluar masuk

sebuah Negara serta investasi, tenaga kerja-pun nantinya juga menjadi bagian yang

akan meramaikan pasar local. Bayangkan nbagaimana jadinya kondisi mayoritas Negara

di dunia yang masih miskin dan berkembang termasuk Indonesia tanpa adanya campur

tangan pemerintah dalam menghadapi ancaman nperdagangan bebas ini. Bisa

dipastikan berbagai pilar ekonomi local akan mati, hilang dan ntersingkir dengan geliat

investasi asing dan membanjirnya komoditi luar, belum lagi bagaimana nharus

menyelamatkan SDM yang masih harus ditingkatkan kualitasnya ketika harus bersaing

dengan tenaga kerja luar yang tidak hanya menonjolkan kecerdasan namum juga good

nperformance. Mungkin bagi meraka yang memiliki budaya konsumtif dan mempunyai

kekuatan nmodal, perdagangan bebas ini menjadi surga yang indah. Tapi kita jangan

sampai terjebak ndengan jargon-jargon bahwa perdagangan bebas akan mampu

meningkatkan lapangan pekerjaan ataupun slogan pembangunan infrastrktur dalam

negeri, toh pada kenyataannya kita nhanya akan dijadikan pengemis di atas tanah

moyang kita, hanya akan menjadi orang asing ndalam rumah sendiri karena semua yang

berdiri megah di Indonesia nantinya bukannlah milik anak bangsa melainkan

penjilat penjilat benua biru (konstelasi Negara maju).

NB : http://fdkm.blogspot.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun