Mendengar kata instan agak teringat dengan makanan yang biasanya dimakan secara instan karena proses pembuatannya instan juga yaitu mie instan. Tapi ulasan kali ini buka tentang cara pembuatan mie instan tetapi hanya sekedar sedikit analogi saja tentang sesuatu yang instan.
Instan memliki arti langsung (tanpa dimasak lama) dapat diminum atau dimakan. Hal ini dapat dianalogikan untuk fenomena kader-kader partai politik hari ini yang ada di DPR. Instan dalam arti tanpa proses pengkaderan yang jelas. Mempunyai modal popularitas dan lot of money dapat membuat seseorang mewakili sebuah partai dalam events politik negeri ini. Menjustifikasi pernyataan beberapa orang termasuk ketua DPR bahwa proses kaderisasi partai politik yang buruk bisa membuat lembaga DPR juga buruk. Mungkin sebuah isu lama tetapi tanpa solusi.
Pertanyaannya sekarang, masih adakah kaderisasi partai politik yang mencetak seseorang menjadi politisi yang handal???ataukah hanya kepentingan pemenangan semata sehingga kader instanpun oke???
Kalau bicara idealis kiranya saya pikir perlu adanya kaderisasi partai yang baik dan jelas. Mencetak kader partai yang benar-benar mampu menterjemahkan ideologi, visi partai tentunya saya pikir titik temunya pada Indonesia yang sejahtera. Tetapi dengan proses pengkaderan seperti ini juga harus membangun semuanya, selain kemampuan pribadi juga harus membangun diri ke masyarakat (Popularitas) dan tentu saja masalah modal materi. Karena dengan kemampuan pribadi yang handal tidak cukup untuk masuk jadi anggota DPR tanpa popularitas dan juga materi.
Kalau hanya mementingkan pemenangan saja saya pikir lebih mudah. Partai politik hanya bergerilya orang yang mempunyai popularitas dan juga banyak uangnya. Dua komponen ini saya pikir senjata untuk pemenangan. Tentu saja berlawanan dengan yang dijelaskan di awal tadi. Kader partai hasil dari sistem instan ini perlu dipertanyakan kredibilitasnya. Namanya juga instan jadi tanpa proses yang jelas (positif). Tetapi dengan acra instan ini lebih efektif dalam pemenangan partai politik.
Semuanya mempunyai kelemahan dan kelebihan. Bagi anda yang mau jadi anggota DPR, sebelum masuk partai politik mungkin bisa dimulai dengan meningkatkan kemampuan pribadi (moral & intelektual) bisa melalui pendidikan dan aktif dalam organisasi dan juga memulai melebur dengan masyarakat untuk meningkatkan popularitas sekaligus merintis usaha agar mendapatkan uang berlimpah yang nantinya untuk modal. Saya pikir inilah solusi kecilnya dan dengan begitu, insyaallah partai politik yang akan menghampiri anda.
Semoga Indonesia Lebih Baik.Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H