Setelah lelah melewati terjalnya jalan berbatu, akhirnya dengan badan pegel dan ngosngosan sampai juga di Desa Soko. Desa dengan 16 RT tersebut cukup sunyi karena penduduknya mulai pagi sampai sore kerja di sawah. Hanya ternak yang bertugas menjaga rumah.
Kedatangan saya disambut dengan tatapan heran dari warga yang lagi mencuci baju di sumur umum (satu sumur dipakai untuk hampir satu RT). Harapan warga, saya dari petugas PLN yang memantau daerah yang mau dipasang listrik karena disana listrik memakaiPLTA dari daerah itu yang ketika dipakai menyalakan televisi tidak bisa bertahan lama.”badhe dateng pundi mas?”tanya warga ke saya.”badhe dateng pak kades buk, dalemenipun pak kades pundi bu?” tanya saya ke ibu.
Setelah ditunjukkan jalan ke rumah kades kemudian saya melanjutkan perjalanan ke rumah beliau. Agak menahan nafas lagi karena jalan menuju ke sana cukup jauh hampi 3 km dari tempat saya bertanya tadi. Kembali menikmati jalan berbatu dan sendiri melewati hutan.sabarrrr...
Sampai di rumah kades saya mulai bertanya tentang kebutuhan dalam survei. Tentang jumlah RT dan lain sebagainya. Melanjutkan lagi perjalanan ke RT yang saya survei. Kembali harus bercapek-capek melewati jalan terjal berbatu.
Ada sebuah RT, apabila menuju dan keluar dari RT tersebut harus melewati sungai. Dan ternyata saya sudah berada di tepi sungai tersebut dan berpikir mencari jalan lain agar sampai ke RT tersebut.karena tidak ada jembatan di atas sungai tersebut. Duduk manis di samping sungai sambil menunggu warga yang mau menuju daerah tersebut karena saya mau mencontoh cara yang dipakaiuntuk menyebrangi sungai itu.
Ada suara motor kemudian mendekat ke sungai dan tanpa ragu-ragumotor terjun ke sungai dan akhirya sampai ke seberang sungai. “Ow gitu caranya??”, gumamku. Dengan kondisi ragu kemudian saya melepas sepatu dan menjinjing celana sungai untuk mengecek apakah sungai tersebut dangkal apa tidak. Setelah mendapatkan jawabannya kuberanikan untuk melewati barisan air yang disana. Sampai di seberang dan “lega dan aman”.
Berbincang-bincang dengan ketua RT.”memang disini seperti ini keadaannya mas, untung ini gak hujan,kalau hujan mas gakkan bisa pulang mas”, cerita bapak RT.parah batinku.
Setelah selesai surveipun untuk keluar dari RT tersebut untuk menuju RT selajutnya harus melewati sungai yang kondisinya sama persis dengan sungai sebelumnya yaitu tidak ada jembatan penyebrangan.
Ini kondisi riil dari wilayah NKRI. Tanpa setetes aspal dijalan-jalan yang setiap hari mereka lalui dan tanpa jembatan di atas sungai.
Sekali lagi semoga menjadi renungan siapapun yang mendengarnya. Siapapun yang masih peduli terhadap negeri ini. Jangan hanya berpolitik praktis hanya untuk suatu jabatan atau kekuasaan. Tapi mncoba sedikit benar-benar peduli terhadap masyarakat. Kebutuhan dasar dalam bermasyarakat mereka tidak terpenuhi ( jalan dan jembatan). Semoga bisa lebih baik untuk Indonesia yang benar-benar lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H