Jogjakarta belakangan ini sedang kerap terjadi kriminalitas dan kejahatan. Mulai dari permasalahan Klitih yang kondang, obat obatan dan narkoba, hingga perang sarung sewaktu Ramadan kemarin hehehe. Kebanyakan yang terlibat dengan kasus kriminal di Yogyakarta adalah pemuda, dapat dikategorikan sebagai Generasi- Z. Kepuasan akan eksistensi diri yang perlu dicukupi juga ditambah dengan tempat bergaul yang salah, mendorong para pemuda melakukan aksi aksi yang dapat membahayakan dirinya bahkan orang lain. Padahal banyak kegiatan lain yang bersifat positif, salah satunya kegiatan Ronda.
Kegiata Ronda malam merupakan kegiatan rutin sehari hari yang dilakukan oleh masyarakat di Jogja atau bahkan seluruh Indonesia.Kegiatan ini berlangsung di Cakruk (Pos Keamanan/ Pos Kamling). Sedikit sejarah, kegiatan ronda di Jawa telah dilaksanakan semenjak masa kerajaan dan mengalami perubahan dari masa ke masa.
Pada masa kolonialisme, pos ronda berfungsi sebagai pertahanan militer milik keraton jawa. Kemudian di masa Kolonial, pos ronda dijadikan pos penjagaan pada proyek proyek kerja paksa terhadap serta sebagai batas batas administratif wilayah yang kala itu terpecah pecah akibat datangnya negara kolonial Eropa ke Indonesia.Â
Selanjutnya di masa penjajahan Jepang, selama pos ronda hannya dijadikan pos keamanan dengan pemuda pribumi yang menjaga keamananya, pemuda pribumi tersebut dinamakan "Keibodan". Selanjutnya di masa setelah kemerdekaan, pos ronda beralih fungsi dari yang awalnya sebagai garis batas menjadi simbol pemantauan yang terlampau ketat.Â
Banyak pos dibangun secara tak menentu di wilayah yang dianggap rawan. Pos tersebut didirikan sebagai salah satu basis pertahanan militer. Di desa, para tentara ditugaskan untuk menumpas orang- orang berideologi komunis. Beranjak tahun 1980-an, pos ronda tidak lagi dirintis di daerah rawan konflik, seperti Papua, Aceh, dan Timor Timur. Pos ronda mulai didirikan di daerah perkotaan. Para tentara pun dipindah tugaskan dan diminta untuk mempertahankan ketertiban dan keamanan bersama polisi.
Kegiatan Ronda dilaksanakan oleh warga setiap malam dengan alasan menjaga keamanan dan kenyamanan warga kampung sendiri. Selain alasan keamanan, ronda juga menjadi sarana menongkrong, mengobrol dan berkomunikasi untuk warga. Sehingga keamanan dan silaturahmi antar warga menjadi lebih tejalin.Â
Selain itu ronda juga menjadi kegiatan yang dapat menagani kedaruratan. Misalnya, bencana alam tak terduga dan warga yang sakit atau meninggal dunia. Jika ada kejadian yang bersifat darurat, warga yang sedang meronda akan gerak cepat dalam menanganinya.
Saya tinggal di sisi timur Kota Jogja, Warungboto. Di kampung saya, kegiatan ronda menjadi kebiasaan warga. Pada liburan lebaran yang lekas usai, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain di kampung tempat saya tinggal. Kegiatan ronda berjalan secara spontan dan santai.Â
Alur dari kegiatan diawali ketika Bapak- bapak memulai memukul kentongan di Cakruk (pos ronda) untuk tanda jika waktunya ronda. Setelah berkumpul, berbagi rute ambil jimpitan atau bahasa gaul- nya patroli hehehe. Jimpitan adalah tempat koin yang nantinya akan diambil warga saat patroli. Jimpitan terletak di rumah rumah warga bagian depan.